Kekhawatiran pandemi makin menyebar bikin rupiah kian terpuruk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semua negara kini sedang dalam proses pemulihan ekonomi di tengah bayang-bayang pandemi Covid-19. Indonesia juga turut berusaha memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Namun, sayangnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlanjur ambruk karena investor khawatir perbaikan ekonomi Indonesia berjalan lambat. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (18/8), rupiah masih ditutup melemah 0,34% ke Rp 14.845 per dolar AS. Sementara, rupiah di kurs tengah BI menguat 0,06% ke Rp 14.907 per dolar AS. 

Bila dibandingkan pada periode yang sama, nilai tukar mata uang negara lain, seperti Malaysia, Thailand, Singapura dan India masih bisa menguat terhadap dolar AS. 


Baca Juga: Ekonom Samuel Sekuritas : Pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir masih wajar

Ariston memperkirakan hanya nilai tukar rupiah yang melemah di antara emerging market tersebut karena pasar melihat data impor pada neraca perdagangan periode Juli menurun melebihi ekspektasi sebesar 2,73% secara bulanan menjadi US$ 10,47 miliar. 

Dari data tersebut dapat menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi dalam negeri di sektor manufaktur dan konsumsi memang masih lemah. "Pemulihan ekonomi di Indonesia jadi dipertanyakan ini mungkin mendorong pelemahan rupiah," kata Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, Selasa (18/8). 

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menambahkan sejatinya dolar AS juga sedang diperdagangkan melemah terhadap mata uang utama lainnya. Faktor yang menekan dolar AS tidak lain adalah kekhawatiran proses pemulihan ekonomi di tengah kasus corona yang masih terus meningkat. 

Namun, tetap saja rupiah bergerak melemah terhadap dollar AS karena saat ini investor sedang mengantisipasi bila hasil RDG BI kembali memangkas suku bunga. 

"Daya tarik investasi di dalam negeri jadi kurang menarik, arus modal bisa terhambat dan rupiah kembali melemah bila suku bunga acuan kembali menurun," kata Alwi. 

Selain itu, Alwi mengatakan rupiah cenderung bergerak melemah karena jumlah kasus corona di Indonesia juga masih terus bertambah. 

Jika PSBB transisi kembali pada PSBB yang lebih ketat karena jumlah kasus corona yang terus meningkat, maka ekonomi bisa semakin tumbang dan rupiah terus dalam tren melemah. Meski, defisit transaksi berjalan Indonesia berhasil menipis di kuartal II-2020 menjadi US$ 2,9 miliar. 

Baca Juga: BI berpeluang pangkas suku bunga, rupiah diperkirakan melemah pada Rabu (19/8)

"Pandemi dan PSBB yang lebih ketat bisa merusak pemulihan ekonomi yang saat ini mulai berjalan, rupiah bisa mengarah ke Rp 15.000 per dolar AS, " kata Alwi. 

Sementara, Ariston memproyeksikan rupiah bergerak di Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 15.200 per dolar AS di akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi