JAKARTA. PricewaterhouseCoopers (PwC) merilis survei tentang kondisi perbankan Indonesia tahun 2017. Hasil survei kali ini terlihat jelas risiko kredit (credit risk) menjadi ketakutan bankir dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Dalam hasil survei yang diterima KONTAN, Selasa (16/5) tampak, alasan risiko kredit menempati urutan pertama sebagai penghambat laju kredit bank di tahun ini. Disusul tekanan margin, pelemahan permintaan kredit, likuiditas, regulasi dan jalur pemasaran (sales channels). Asal tahu saja, bobot risiko kredit sebagai alasan penghambat laju pertumbuhan pinjaman, menunjukkan tren naik sejak tahun 2013. Bila pada tahun 2013 silam, risiko kredit hanya mendapat suara dari 34% responden, pada tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 94%.
Kekhawatiran risiko kredit bank meningkat
JAKARTA. PricewaterhouseCoopers (PwC) merilis survei tentang kondisi perbankan Indonesia tahun 2017. Hasil survei kali ini terlihat jelas risiko kredit (credit risk) menjadi ketakutan bankir dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Dalam hasil survei yang diterima KONTAN, Selasa (16/5) tampak, alasan risiko kredit menempati urutan pertama sebagai penghambat laju kredit bank di tahun ini. Disusul tekanan margin, pelemahan permintaan kredit, likuiditas, regulasi dan jalur pemasaran (sales channels). Asal tahu saja, bobot risiko kredit sebagai alasan penghambat laju pertumbuhan pinjaman, menunjukkan tren naik sejak tahun 2013. Bila pada tahun 2013 silam, risiko kredit hanya mendapat suara dari 34% responden, pada tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 94%.