Kekhawatiran virus corona dan skandal di pasar saham buat IHSG masih melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 4,87%. Mengingat pada Jumat (31/1), IHSG ditutup melemah 1,94% ke level 5.940,048.

Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama mengatakan, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh beberapa sentimen dari global. Yang paling utama datang dari virus corona.

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan epidemi virus corona sebagai darurat global. Wabah virus corona sudah mengakibatkan lebih dari 305 orang meninggal dunia dan menginfeksi hampir 14.628 orang. Kecepatan penyebaran virus menjadi perhatian.


Ia memperkirakan, dampak virus corona akan lebih besar ketimbang wabah SARS sebelumnya yang menewaskan 800 orang di tahun 2002 sampai 2003. Kala itu, penanggulangan wabah SARS membutuhkan dana kurang lebih US$ 33 miliar.

Baca Juga: Analis: Panic selling sebabkan pasar dan nilai transaksi tertekan

“Situasi saat ini berbeda karena China punya perekonomian yang sangat besar, maka kemungkinan butuh dana yang lebih besar dan akan mengganggu ekonomi dunia,” kata dia, Sabtu (1/2).

Selain itu, The Federal Reserve juga kembali mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 1,5% hingga 1,75%. Angka ini sesuai perkiraan analis pasar.

Selanjutnya, pasar saham juga tekanan akibat aksi jual oleh manajer investasi yang produknya dibubarkan di tahun lalu. Mengingat, besarnya nilai portofolio serta belum kondusifnya pasar saham Indonesia membuat terjadi tekanan turun pasar pasar saham.

Baca Juga: Analis: Pasar saham baru bangkit di semester dua tahun ini

Hal ini terlihat di perdagangan Jumat, dimana pada Kamis malam kekhawatiran virus korona mereda tetapi IHSG tetap mengalami tekanan turun cukup kuat.

Ia berharap IHSG bisa rebound lantaran IHSG berada di suport 5.939. Akan tetapi, melihat tekanan Indeks global akibat wabah virus corona yang menyebar dengan cepat IHSG sangat mungkin turun kembali pada pekan ini dengan suport di level 5.900 sampai 5.767 dan resistance di level 6.000 sampai 6152.

Ia menyarankan, pelaku pasar untuk tetap tenang dan memanfaatkan momentum ini untuk buy on weakness ketika terjadi koreksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari