Kelangkaan baja bisa ancam program sejuta rumah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor konstruksi dan properti yang menggeliat saat ini ikut mendorong bergeraknya industri metal baja ringan dan atap metal dalam negeri. Namun, perkembangan positif tersebut dibayangi oleh kekhawatiran sulitnya mendapatkan bahan baku baja lapis aluminium seng (BJLAS) warna.

Kekhawatiran ini diungkap oleh para produsen baja ringan yang tergabung dalam tiga asosiasi, yakni Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Asosiasi Produsen Baja Ringan Indonesia (APBRI ) dan Asosiasi Baja Ringan dan Atap Ringan Indonesia (ASBARINDO) dalam pertemuan yang digelar pada Rabu (6/12).

Para produsen yang tergabung dalam tiga asosiasi ini bersepakat meminta pemerintah meninjau ulang rencana penetapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 49% BJLAS Warna dari RRT (Tiongkok) dan sebesar 18% dari Vietnam.


Kebijakan ini merupakan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) berdasarkan permohonan PT NS BlueScope Indonesia.

Ketua ARFI Novia Budiman menilai, kebijakan ini jelas akan menaikkan harga impor BJLAS Warna, sehingga produsen atap metal dan baja ringan harus membeli BJLAS Warna dari industri dalam negeri. Sementara kapasitas produksi dalam negeri sendiri masih sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan produsen. “Kapasitas produksi BJLAS Warna dalam negeri hanya sebesar 150.000 ton per tahun, sementara tingkat konsumsi BJLAS Warna rata-rata 350.000 ton per tahun. Akan terjadi keterbatasan pasokan yang akibatnya banyak produsen atap metal akan tutup karena kekurangan pasokan bahan baku,” ujar Novia dalam keterangan resmi, Rabu (6/12).  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini