KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia mengalami tantangan cukup berat hingga pertengahan tahun ini disebabkan kelangkaan rig. Permasalahan ini memberatkan pencapaian hulu migas sampai dengan semester I 2023 karena aktivitas pengeboran terhambat. Berdasarkan penjelasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), realisasi investasi hulu migas di semester I 2023 sebesar US$ 5,7 miliar atau 77% dari target yang ditetapkan di semester I 2023 sebesar US$ 7,4 miliar. Adapun realisasi cost recovery di pertengahan tahun ini sebesar US$ 3,07 miliar atau 71% dari target semester I 2023 senilai US$ 4,3 miliar.
Vice President Indonesian Petroleum Association (IPA), Ronald Gunawan menjelaskan fenomena kelangkaan rig ini merupakan buntut dari pandemi Covid-19 di mana pada 2020 kegiatan migas sempat menurun drastis. Kala itu, banyak rig di darat maupun laut yang “disimpan” (cold stake) di pelabuhan, galangan kapal, atau area yang ditentukan karena tidak digunakan. “Waktu itu juga harga minyak crash, banyak perusahaan stop pengeboran, jadi rig tidak terpakai, dan perawatannya tidak terlalu itu (dilakukan),” jelasnya dalam konferensi pers IPA Convex 2023 di Jakarta, Kamis (20/7).
Baca Juga: Ini Strategi Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk Terapkan Dekarbonisasi Namun, setelah aktivitas pengeboran migas kembali marak di 2021 dan 2022, rig tidak bisa langsung dioperasikan begitu saja. Perlu waktu untuk memesan material atau komponen pada rig. Ronald menceritakan, pengiriman material tersebut kadangkala baru datang tiga bulan hingga empat bulan lamanya. Persoalan inilah yang menjadi salah satu penyebab sulitnya mendapatkan rig saat ini. “Namun masalah ini bukan hanya kita (Indonesia) yang menghadapi, tetapi negara lain juga mengalami hal yang sama,” ujarnya. Ronald mengungkapkan, kelangkaan rig yang terjadi saat ini turut berimbas pada naiknya harga sewa rig di lapangan. Namun sayang, dia tidak bisa buka-bukaan berapa tepatnya kenaikan harga sewa sekarang jika dibandingkan sebelum pandemi. Dia hanya memberikan gambaran, harga sewa rig lepas pantai (off-shore) naik jauh lebih tinggi dibandingkan rig darat (on-shore). “Rig off shore naiknya cukup tinggi karena permintaan besar dan kalau kita cari sekarang susah karena rig-nya terbatas,” ujarnya. Keterbatasan rig lepas pantai saat ini juga disebabkan karena wilayah Timur Tengah, khususnya di negara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) banyak membutuhkan rig. Alhasil permintaan di pasar tinggi, pasokannya terbatas, sehingga harga sewa menjadi naik. Hal yang sama sejatinya juga terjadi pada rig darat. Ronald menjelaskan, kenaikan harga sewa belum setinggi yang terjadi pada rig laut karena pasokannya saat ini masih cenderung lebih baik. Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf menjelaskan, investasi hulu migas sampai dengan pertengahan tahun ini terkendala pengeboran sumur karena safety stand-down (SSD), ketersediaan rig, dan tenaga kerja. Di awal tahun ini beberapa pengerjaan investasi tertunda akibat pengeboran pengembangan di area sangat sibuk seperi Pertamina Hulu Rokan (PHR) beberapa kali terjadi kejadian fatal yang kemudian dilakukan penghentian seluruh aktivitas rig di Pertamina Group untuk asesmen dan inspeksi.
Baca Juga: Diskusikan Aspek Teknis Blok Masela, Pertamina dan Inpex Bakal Bertemu “Ternyata sebagian rig tidak bisa digunakan lagi, jadi harus melalui perbaikan, melengkapi peralatan safety untuk menghindari kecelakaan yang sama,” jelasnya dalam konferensi pers capaian kinerja hulu migas semester I 2023, Selasa (17/7). Akibat kejadian itu, Nanang mengungkapkan, saat ini Indonesia dalam posisi kekurangan rig. Oleh karena itu, SKK Migas mengupayakan penambahan rig yang sesuai standar keamanan. Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo menambahkan saat ini pihaknya sedang menyusun strategi jangka panjang dan mengomunikasikan persoalan rig ini ke penyedia jasa.
“Sudah dikomunikasikan setahun lalu dan sebagian (rig) sudah terpenuhi. Di tahun-tahun ini rig jauh meningkat dibanding tahun lalu dan penyelesaian sumur lebih banyak,” jelasnya. Selain itu, SKK Migas juga merancang strategi pengadaan rig bersama. Wahju memberikan gambaran, saat ini pengadaan jack up rig untuk pengeboran di Saka sudah direncanakan untuk 3 tahun ke depan dan banyak KKKS. Jadi pengadaan satu rig dan digunakan bersama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari