Dua pekan lagi, Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) akan digelar di Bali. Tepatnya 5-7 Oktober 2013. Salah satu isu yang akan dibahas dalam ajang tahunan ini yaitu mengenai kelapa sawit. Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar, pemerintah Indonesia menginginkan produk kelapa sawit diloloskan sebagai produk yang ramah lingkungan. Dengan begitu, produk kelapa sawit dalam negeri bisa diterima di pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Seperti diketahui bahwa negara-negara di kedua benua tersebut menganggap sangat penting bahwa produk kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) harus ramah lingkungan. “Kita sudah berhasil mengagendakan isu produk kelapa sawit di APEC bulan Oktober tahun 2013 ini,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Khusus mengenai pasar Amerika Serikat, lanjut Bayu, tinggal menunggu keputusan dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Pasalnya pada Agustus 2013 lalu, lembaga pemerhati lingkungan dari Amerika Serikat telah selesai memeriksa lahan sawit di Sumatera dan Kalimantan. “Jadi kita tinggal menunggu hasilnya,” katanya.
Kelapa sawit akan jadi produk ramah lingkungan
Dua pekan lagi, Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) akan digelar di Bali. Tepatnya 5-7 Oktober 2013. Salah satu isu yang akan dibahas dalam ajang tahunan ini yaitu mengenai kelapa sawit. Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar, pemerintah Indonesia menginginkan produk kelapa sawit diloloskan sebagai produk yang ramah lingkungan. Dengan begitu, produk kelapa sawit dalam negeri bisa diterima di pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Seperti diketahui bahwa negara-negara di kedua benua tersebut menganggap sangat penting bahwa produk kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) harus ramah lingkungan. “Kita sudah berhasil mengagendakan isu produk kelapa sawit di APEC bulan Oktober tahun 2013 ini,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Khusus mengenai pasar Amerika Serikat, lanjut Bayu, tinggal menunggu keputusan dari Badan Perlindungan Lingkungan (EPA). Pasalnya pada Agustus 2013 lalu, lembaga pemerhati lingkungan dari Amerika Serikat telah selesai memeriksa lahan sawit di Sumatera dan Kalimantan. “Jadi kita tinggal menunggu hasilnya,” katanya.