JAKARTA. Maraknya mal atau pusat belanja baru di Jadebotabek, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota lainnya di Indonesia seperti Medan, Pekanbaru, Palembang, Yogayakarta, Solo, Bali, Makassar, Balikpapan, dan Samarinda, tak terlepas dari pertumbuhan kelas menengah. Menurut riset Boston Consulting Group (BCG), Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang termasuk kategori kelas menengah yang mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Pendapatan per kapita juga meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Data Center of Reform on Economics (CORE) memperlihatkan, PDB per kapita Indonesia tumbuh dari US$ 1.076 menjadi US$ 3.475 atau ekuivalen dengan Rp 43,3 juta. Selain itu, BCG menyebut orang Indonesia juga sangat royal dalam berbelanja terutama untuk makanan dan minuman. Mereka menghabiskan sekitar US$ 75 miliar. Sementara konsumsi untuk pakaian dan apparel lainnya sebesar US$ 22 miliar. Jelas, kondisi ini dianggap sangat penting oleh para peritel asing dan peluang bagi peritel lokal untuk memperluas bisnisnya. Inilah yang kemudian mengubah peta bisnis ritel aktual. DTZ Indonesia menegaskan, bahwa saat ini kebutuhan bisnis ritel telah bergeser dan fokus ke kelas menengah. "Para pengecer besar mengalihkan fokus mereka dengan memanfaatkan jumlah kelas menengah di luar pusat kota Jakarta. Ini juga diakibatkan oleh pelaksanaan lanjutan moratorium mal," ujar Research Analyst DTZ Indonesia, Vincent Sutrisno, dalam riset yang dikirimkan kepada Kompas.com, Selasa (27/1). Peritel besar internasional macam Uniqlo, dan JYSK, mencari peluang di luar Kota Jakarta. Tahun ini Depok, Bekasi, dan Bogor, serta kota lainnya menjadi wilayah ekspansi berikutnya. Dalam catatan DTZ, akan masuk lima pusat belanja baru di Jakarta dengan luas total 208.000 meter persegi dalam dua tahun ini. Banjir pusat belanja Sedangkan di kawasan Bodetabek, menurut riset Colliers International Indonesia, akan bertambah 16 buah atau seluas 622.000 meter persegi hingga 2018. Tujuh di antaranya terkonsentrasi di Bekasi, yakni Bekasi Trade Center 2, Living World Jababeka, AEON Delta Mas, Plaza Indonesia Jababeka, Hollywood Central, Grand Dhika City Mall, dan Kota Harapan Indah Mall. Sementara pusat belanja lainnya terdistribusi di Bogor lima mal yakni, Metropolitan Mall Cileungsi, Vivo Sentul Lifestyle, Vivo Sentul Trademall, AEON Mall Bogor, dan AEON Mall Sentul. Di Tangerang terdapat tiga pusat belanja; AEON Mall BSD City, Embarcadero Mall Bintaro, dan Lippo Grand Mall. Sedangkan di Depok, akan dibangun Sawangan Mall. Dengan demikian, secara kumulatif, total pasokan pusat belanja dalam tiga tahun ke depan akan mencapai 2.892.000 meter persegi. Bertambahnya pasokan baru ini diprediksi akan menggerus tingkat hunian yang selama tahun 2014 lalu mencapai rerata 82%. Di Surabaya, terdapat pasokan pusat belanja baru seluas 1 juta meter persegi. Pasokan tersebut akan bertambah pada dua tahun setelahnya yakni hingga 2018 mendatang, sebanyak 31% atau 390.750 meter persegi. Jumlah ini berasal dari 14 pusat belanja baru. Dalam catatan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), kota lainnya yang bakal dibanjiri pusat belanja baru adalah Medan dengan lima pusat belanja seluas total 215.000 meter persegi. Satu di antaranya adalah pusat belanja di area Podomoro City. Kemudian Balikpapan, dan Samarinda yang saat ini sedang membangun Pentacity Mall yang dikembangkan PT Wulandari Bangun Laksana), The Plaza Balikpapan (PT Agung Podomoro Land Tbk), Supermal Balikpapan (PT Supermal Karawaci), The Dome Mall (MGM Land), serta Big Mall (Borneo Inti Graha). Sementara Yogyakarta diramaikan oleh Hatono Lifestyle Mall, Sahid Yogya Lifestyle Mall, dan Jogja Town Square. (Hilda B Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kelas menengah tumbuh, mal menjamur di daerah
JAKARTA. Maraknya mal atau pusat belanja baru di Jadebotabek, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota lainnya di Indonesia seperti Medan, Pekanbaru, Palembang, Yogayakarta, Solo, Bali, Makassar, Balikpapan, dan Samarinda, tak terlepas dari pertumbuhan kelas menengah. Menurut riset Boston Consulting Group (BCG), Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang termasuk kategori kelas menengah yang mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Pendapatan per kapita juga meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Data Center of Reform on Economics (CORE) memperlihatkan, PDB per kapita Indonesia tumbuh dari US$ 1.076 menjadi US$ 3.475 atau ekuivalen dengan Rp 43,3 juta. Selain itu, BCG menyebut orang Indonesia juga sangat royal dalam berbelanja terutama untuk makanan dan minuman. Mereka menghabiskan sekitar US$ 75 miliar. Sementara konsumsi untuk pakaian dan apparel lainnya sebesar US$ 22 miliar. Jelas, kondisi ini dianggap sangat penting oleh para peritel asing dan peluang bagi peritel lokal untuk memperluas bisnisnya. Inilah yang kemudian mengubah peta bisnis ritel aktual. DTZ Indonesia menegaskan, bahwa saat ini kebutuhan bisnis ritel telah bergeser dan fokus ke kelas menengah. "Para pengecer besar mengalihkan fokus mereka dengan memanfaatkan jumlah kelas menengah di luar pusat kota Jakarta. Ini juga diakibatkan oleh pelaksanaan lanjutan moratorium mal," ujar Research Analyst DTZ Indonesia, Vincent Sutrisno, dalam riset yang dikirimkan kepada Kompas.com, Selasa (27/1). Peritel besar internasional macam Uniqlo, dan JYSK, mencari peluang di luar Kota Jakarta. Tahun ini Depok, Bekasi, dan Bogor, serta kota lainnya menjadi wilayah ekspansi berikutnya. Dalam catatan DTZ, akan masuk lima pusat belanja baru di Jakarta dengan luas total 208.000 meter persegi dalam dua tahun ini. Banjir pusat belanja Sedangkan di kawasan Bodetabek, menurut riset Colliers International Indonesia, akan bertambah 16 buah atau seluas 622.000 meter persegi hingga 2018. Tujuh di antaranya terkonsentrasi di Bekasi, yakni Bekasi Trade Center 2, Living World Jababeka, AEON Delta Mas, Plaza Indonesia Jababeka, Hollywood Central, Grand Dhika City Mall, dan Kota Harapan Indah Mall. Sementara pusat belanja lainnya terdistribusi di Bogor lima mal yakni, Metropolitan Mall Cileungsi, Vivo Sentul Lifestyle, Vivo Sentul Trademall, AEON Mall Bogor, dan AEON Mall Sentul. Di Tangerang terdapat tiga pusat belanja; AEON Mall BSD City, Embarcadero Mall Bintaro, dan Lippo Grand Mall. Sedangkan di Depok, akan dibangun Sawangan Mall. Dengan demikian, secara kumulatif, total pasokan pusat belanja dalam tiga tahun ke depan akan mencapai 2.892.000 meter persegi. Bertambahnya pasokan baru ini diprediksi akan menggerus tingkat hunian yang selama tahun 2014 lalu mencapai rerata 82%. Di Surabaya, terdapat pasokan pusat belanja baru seluas 1 juta meter persegi. Pasokan tersebut akan bertambah pada dua tahun setelahnya yakni hingga 2018 mendatang, sebanyak 31% atau 390.750 meter persegi. Jumlah ini berasal dari 14 pusat belanja baru. Dalam catatan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), kota lainnya yang bakal dibanjiri pusat belanja baru adalah Medan dengan lima pusat belanja seluas total 215.000 meter persegi. Satu di antaranya adalah pusat belanja di area Podomoro City. Kemudian Balikpapan, dan Samarinda yang saat ini sedang membangun Pentacity Mall yang dikembangkan PT Wulandari Bangun Laksana), The Plaza Balikpapan (PT Agung Podomoro Land Tbk), Supermal Balikpapan (PT Supermal Karawaci), The Dome Mall (MGM Land), serta Big Mall (Borneo Inti Graha). Sementara Yogyakarta diramaikan oleh Hatono Lifestyle Mall, Sahid Yogya Lifestyle Mall, dan Jogja Town Square. (Hilda B Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News