Kelebihan pasokan, pabrikan semen memacu penghematan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelebihan pasokan atau over supply produksi semen dalam negeri diprediksi terus berlanjut tahun ini. Karena itu produsen semen terus melakukan efisiensi dan mengerem ekspansi upaya agar tidak merugi.

Seperti yang dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Menurut Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa, efisiensi yang merek lakukan dengan cara mengganti bahan bakar yang lebih murah, semisal mencampur batubara berkalori tinggi yang harganya mahal dengan kalori rendah yang lebih murah. "Mixing batubara agar mendapatkan biaya energi yang lebih efisien," katanya kepada KONTAN, Minggu (18/2).

Strategi lain yang dilakukan emiten berkode saham INTP di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini agar tetap untung ialah menggenjot penjualan semen jenis kantong maupun curah. Bahkan, demi mengejar efisiensi distribusi, Indocement menggunakan transportasi kereta api untuk pengangkutan semen di daerah Jawa.


Selain itu, pada Maret 2018 mendatang Indocement juga akan mengoperasikan terminal semen di Palembang. Adanya terminal semen tersebut, diharapkan akan memacu penjualan di area Sumatra.

Perlu diketahui, 2017 Indocement Tunggal Prakarsa tercatat memiliki kapasitas produksi sekitar 25 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut utilitas pabrik mencapai 75%.

Stop ekspansi

Tidak mudah bagi produsen semen menghadapi persoalan kelebihan produksi ini. Sebab, sekali pabrik semen berjalan, proses produksinya tidak bisa separuh-separuh. "Kalau kapasitas tidak bisa kami kurangi atau tambah, saat konsumsi turun maka harus ada pabrik yang dimatikan produksinya," kata Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk.

Semen Indonesia juga melakukan efisiensi di segala lini, khususnya biaya distribusi. "Kami punya 26 baking plant dan 14 pelabuhan juga gudang, supply chain ini yang kami manfaatkan agar biaya logistik murah," ujar Agung.

Selain itu, Semen Indonesia hanya mengalokasikan belanja modal tahun ini sebatas untuk perawatan mesin produksi saja. Agung menegaskan, belum ada rencana ekspansi penambahan pabrik baru. Menurut perhitungan manajemen, biaya perawatan mesin yang harus dikeluarkan jumlahnya mencapai US$ 2,5 per ton per tahun.

Tahun ini Semen Indonesia optimis dapat meraih pertumbuhan bisnis lantaran proyek infrastruktur pemerintah masih terus digeber. Di segmen ini permintaan semen curah mendominasi. "Kalau dulu porsi penjualan curah nasional hanya 20% sekarang sudah bisa 25%," ujar Agung.

Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) berharap pemerintah memberi perlindungan kepada industri semen dalam negeri. "Yakni dengan pembatasan atau pengetatan impor clinker dan semen, sesuai dengan komitmen pemerintah untuk menggunakan produk-produk lokal. Karena kondisinya sudah sudah over supply," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini