Kelebihan produksi mengancam laju harga gas alam



JAKARTA. Harga gas alam melambung, seiring kenaikan permintaan di musim panas. Meski demikian, tingginya produksi membuat penguatan harga cenderung terbatas.

Mengutip data Bloomberg Kamis (30/6), kontrak harga gas alam pengiriman Agustus 2016 di New York Merchantile Exchange menguat 0,17% ke US$ 2,868 per mmbtu. Sepekan terakhir, harga gas sudah mendaki 4,8%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, musim panas di wilayah Amerika Serikat (AS) menyebabkan permintaan gas alam meningkat sehingga mendorong kenaikan harga. Tapi kenaikan tertahan lantaran spekulasi kenaikan produksi.


Berdasarkan PointLogic Energy, produksi gas alam AS diprediksi naik 1,8% pekan lalu. Lalu, Baker Hughes merilis rig gas alam bertambah empat atau kenaikan terbesar sejak Maret.

Energy Information Administration (EIA) akan mengumumkan data cadangan gas alam AS pekan lalu pada Kamis (30/6). Prediksinya, turun menjadi 48 miliar kaki kubik, dari sebelumnya 62 miliar.

Asal tahu saja, gas alam telah menguat sekitar 80%, setelah mencapai level terendah 17 tahun di bulan Maret. Ledakan pabrik gas alam di Mississipi Selatan serta banjir yang melanda West Virginia juga membantu mengurangi surplus cadangan gas alam.

Ibrahim optimistis, prospek harga gas alam tahun ini akan lebih baik dari tahun 2015. Terlebih The Fed akan sulit menaikkan suku bunga tahun ini. Sementara Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa kemungkinan menahan suku bunga atau bahkan melakukan pemangkasan. Hingga akhir tahun,

Ibrahim memprediksi, harga gas alam mencapai US$ 3,1 per mmbtu. Sementara di jangka pendek, pergerakan gas alam terpengaruh oleh data ekonomi seperti klaim pengangguran AS serta manufaktur China.

Secara teknikal, peluang kenaikan harga gas alam masih adan meski dalam pergerakan sempit. Indikator bollinger band dan MA 10% di atas bollinger tengah. Indikator stochastic 70% positif sementara RSI 60% negatif. Lalu indikator MACD wait and see.

Jumat (1/7) Ibrahim menduga, harga gas alam menguat dalam rentang US$ 2,85- US$ 2,88 per mmbtu dan US$ 2,84-US$ 2,89 per mmbtu dalam sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie