Kelesuan bisnis properti tekan emiten properti



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor meski diiringi aksi ambil untung. Di saat yang sama, indeks sektor properti yang justru lesu. Indeks sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan justru turun 3%, meski IHSG naik 4,62% sejak akhir 2016.

Kinerja yang masih minim ini berbanding lurus dengan penjualan sektor properti. Misalnya, PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) baru mencatatkan pendapatan 70% dari target marketing sales kuartal pertama Rp 180 miliar. Target marketing sales GPRA tahun ini Rp 770 miliar. "Sekarang ini faktor politik saja, investor masih wait and see," kata Arvin Iskandar, Managing Director GPRA kepada KONTAN, Senin (27/3).

Arvin menilai, kelesuan properti ini tak akan berlangsung lama. Program pemerintah, seperti penurunan PPh dari 5% jadi 2,5% dan infrastruktur yang terus digenjot seharusnya membawa dampak lebih baik. "Amnesti pajak Maret ini yang terakhir, seharusnya investor sudah repatriasi. Mungkin investor baru taruh dana di deposito," kata Arvin.


Tak jauh berbeda, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatatkan marketing sales sekitar Rp 860 miliar per akhir Februari. Perolehan baru 10,12% dari target sepanjang 2017, yakni Rp 8,5 triliun.

Harun Hajadi, Direktur CTRA, mengatakan, faktor utama yang masih menahan pasar adalah siklus. Harun bilang, sejak akhir 2009 sampai dengan akhir 2012, terjadi booming properti yang cukup tinggi. "Maka juga sangat wajar jika pasar sekarang cooling down dulu karena cycle," kata Harun Hajadi, Senin (27/3).

Menurut Harun, sektor properti sudah dapat banyak insentif, seperti bunga KPR yang sudah sangat rendah dan pelonggaran LTV. Adanya amnesti pajak pun bisa membawa uang yang tadinya menganggur jadi legal dibelanjakan.

Harun meyakini bahwa siklus properti akan terantisipasi di tahun ini. "Mungkin setelah lebaran, karena sampai akhir Maret juga masih banyak yang kalang kabut menyediakan uang untuk denda amnesti pajak," kata Harun.

Bima Setiaji, analis NH Korindo Securities, mengatakan, marketing sales di industri properti belum akan terlihat di kuartal satu. "Kuartal dua baru bisa jalan, masih menunggu isu politik seperti pilkada putaran kedua," kata Bima, Selasa (28/3).

Periode amnesti pajak yang sudah akan turut mengerek penjualan properti terutama properti-properti kelas menengah ke atas seperti properti milik PWON, BSDE, dan APLN. Menurut Bima, saham BSDE dan CTRA masih bisa diperhatikan untuk sektor properti. Dia menargetkan saham BSDE bisa mencapai Rp 2.260 per saham dan CTRA Rp 1.770 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia