Kelesuan bisnis UNTR berlanjut



JAKARTA. Penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR), masih terpuruk. Sepanjang September, anak usaha Grup Astra itu hanya menjual 420 unit alat berat.Angka itu memang tumbuh 4,5% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, jika dihitung akumulatif dari awal tahun, penjualan alat berat emiten berkode saham UNTR itu baru 5.455 unit, turun 14,71 year-on-year.

Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan United Tractors, menjelaskan, lesunya permintaan alat berat dari industri tambang batubara, tetap menjadi penyebab utama penjualan perseroan lesu. "Kinerja penjualan belum ada perbaikan," kata dia, kepada KONTAN, Rabu (24/10).

Untungnya, penjualan alat berat United Tractors ke sektor non-pertambangan tetap tumbuh sesuai harapan. Kontribusi penjualan alat berat terhadap total penjualan United Tractors tetap meningkat.


Penjualan alat berat di sektor perkebunan menyumbang 24% dari total penjualan per September 2012. Tahun lalu, porsinya baru 10%. Demikian juga penjualan ke industri jasa konstruksi yang meningkat menjadi 15%.

Revisi target

Namun, kendati masih disokong penjualan di sektor non-tambang, manajemen United Tractors pesimis kinerja penjualan tahun ini mencapai target. United Tractors mengejar target penjualan alat berat 8.000 unit, hingga akhir tahun ini. "Sepertinya memang ada revisi target penjualan, karena kondisinya masih berat," jelas Sara, tanpa mengungkapkan target baru.

Kelesuan pasar komoditas global turut mempengaruhi penjualan batubara United Tractors. Sepanjang bulan lalu, penjualan batubara anak usaha United Tractors baru mencapai 377.000 ton batubara.

Sebanyak 182.000 ton batubara merupakan hasil penjualan yang dibukukan oleh PT Prima Multi Mineral. Penjualan batubara sebanyak 192.000 ton disumbangkan oleh anak United Tractors yang lain, PT Tuah Turangga Agung.

Meskipun pencapaiannya relatif sedikit bulan lalu, namun jika dihitung sejak awal tahun, penjualan batubara United Tractors sudah tumbuh 40,77% menjadi 4,52 juta ton. Sedangkan bisnis kontraktor pertambangan UNTR yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara, juga menggeliat.

Pama telah melakukan pengelupasan tanah (overburden removal) 634 juta bank cubic meter (bcm), naik 7,73%  year-on-year. Di periode yang sama tahun lalu, angka overburden removal baru mencapai 588,5 juta ton.

Sedangkan kegiatan ekstraksi batubara mencapai 68,5 juta ton. naik 7,7% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 63,6 juta ton.

Sara enggan menjelaskan dampak capaian kinerja operasional itu terhadap laporan keuangan emiten itu di kuartal III-2012. United Tractors baru mempublikasikan laporan keuangan untuk kuartal III pada 30 Oktober nanti. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham UNTR ditutup stagnan di Rp 19.900 per saham.

Sebagai gambaran, per 30 Juni 2012, United Tractors meraih kenaikan pendapatan 19,52% year-on-year menjadi Rp 30,61 triliun. Sementara laba bersih UNTR pada semester I-2012 tumbuh 21,35% menjadi Rp 3,08 triliun.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, United Tractors mengalami tekanan paling berat di kelompok emiten alat berat lain. Alasan Kiswoyo, United Tractors selama ini mengandalkan perusahaan tambang batubara sebagai pasar utama alat berat.

Di pasar global, harga batubara belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, kendati dunia belahan Barat sudah kian dekat dengan musim dingin. Namun, pembelian dari China pun belum terlihat menggeliat. Kinerja fundamental yang kurang baik itu berimbas pada prospek saham UNTR.

Kiswoyo menyarankan agar investor yang meminati saham UNTR, menunggu hingga harganya menembus support di Rp 18.000 per saham. "Itu level aman bagi investor jika ingin berinvestasi di saham UNTR," kata dia.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie