Kelolaan minim, produk RHB LQ45 Tracker ditutup



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana RHB LQ45 Tracker akan ditutup setelah tanggal 15 Desember nanti. Hal ini terjadi akibat dana kelolaan reksadana indeks tersebut terus menyusut sejak bulan Juni lalu.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 23 tahun 2016, produk reksadana indeks wajib dibubarkan apabila dalam 120 hari bursa memiliki dana kelolaan di bawah Rp 10 miliar. Fund fact sheet bulan Oktober mencatat, dana kelolaan RHB LQ45 Tracker hanya mencapai Rp 4,42 miliar.

Ketika dikonfirmasi, Head of Product Operation, Marketing & Customer Support RHB Asset Management, Adri Firmansyah membenarkan bahwa produk yang sudah diluncurkan sejak 2012 silam tersebut sedang dalam proses likuidasi.


Hanya saja, Adri enggan menjelaskan alasan lebih lanjut dibalik pembubaran RHB LQ45 Tracker. Namun, ia memastikan bahwa semua prosedur pembubaran sudah dilakukan sesuai dengan POJK No. 23 tahun 2016. “Kami juga akan iklankan per tanggal 15 nanti,” katanya.

Ia menambahkan, pihak RHB Asset juga sudah menginformasikan kepada nasabah melalui surat bahwa produk RHB LQ45 Tracker akan segera di likuidasi.

RHB Asset sendiri telah menyediakan produk RHB SRI-KEHATI Index Fund yang baru diluncurkan 8 November lalu sebagai pengganti RHB LQ45 Tracker.

Menurut Adri, investor diberi kebebasan dalam hal memindahkan dana investasinya dari RHB LQ45 Tracker ke RHB SRI-KEHATI Index Fund. “Kami tidak punya kewenangan untuk memindahkan langsung,” katanya.

Tidak hanya dana kelolaannya saja yang menyusut, imbal hasil RHB LQ45 Tracker juga terpaut jauh dari indeks acuannya. Mengutip data Infovesta Utama, secara year to date (ytd) hingga November, tingkat imbal hasil RHB LQ45 Tracker hanya mencapai 4,44%. Adapun indeks LQ45 telah menembus 11,51% di periode yang sama.

Menurut Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, kinerja RHB LQ45 Tracker tidaklah baik sebagai produk reksadana indeks. Pasalnya, kinerja produk tersebut semestinya bisa sejajar dengan indeks yang menjadi acuannya. “Idealnya tracking error-nya hanya 1% atau 2%,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati