Kelolaan reksadana menembus rekor baru



JAKARTA. Investor kian menggandrungi reksadana. Potensi imbal hasil yang relatif tinggi menyebabkan reksadana menjadi pilihan investasi favorit para investor.

Dari tahun ke tahun, dana kelolaan reksadana tumbuh lebih konsisten ketimbang instrumen investasi lain, seperti saham, obligasi, deposito dan emas. Namun memang, sejauh ini nilai dana kelolaan reksadana masih di bawah nilai investasi di instrumen lain yang lebih senior dan populer, seperti deposito.

Mengutip data resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Juli 2014, total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 212,78 triliun atau mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dana kelolaan tersebut meningkat 1,33%.


Sementara sejak awal tahun hingga akhir Juli atau year to date (ytd), dan kelolaan tersebut melesat 10,51%. Pada periode sama, unit penyertaan reksadana mencapai 127,01 miliar, naik 1,12% ketimbang bulan sebelumnya atau naik 5,07% ytd.

Analis PT Infovesta Utama, Yosua Zisokhi menilai, kenaikan dana kelolaan reksadana disebabkan oleh dua hal, yakni  kenaikan nilai aset dasar dan minat investor. “Minat investor terlihat dari kenaikan unit penyertaan yang cukup signifikan,” kata Yosua.

Ia optimistis, reksadana bisa memberikan return oke di tahun ini. Sebagai gambaran, indeks imbal hasil tahunan reksadana saham Infovesta per 11 Agustus 2014 di posisi 11,86%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode sama, yakni 10,18%.

Sedangkan indeks reksadana pendapatan tetap tahunan sebesar 3,17%. Padahal, indeks harga obligasi pemerintah versi Infovesta hanya 2,56%. Wajar jika investor menggandrungi reksadana.

Manajer investasi juga terus menggenjot dana kelolaan mereka. Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari menargetkan, total dana kelolaan DIM pada akhir tahun 2014 naik menjadi Rp 16 triliun-Rp 17 triliun. Naik 25,92% dibandingkan posisi Juni 2014 yang sebesar Rp 13,5 triliun.

Namun menurut Chief Investment Officer Mandiri Manajemen Investasi Priyo Santoso, kini makin sulit mengerek dana kelolaan karena bersaing dengan bunga deposito. "Klien penting perbankan saja bisa mendapat 10% dari deposito," kata Priyo.

Alhasil, MMI merevisi target dana kelolaan akhir tahun ini, dari target awal Rp 28,9 triliun menjadi Rp 25 triliun. Per 5 Agustus 2014, dana kelolaan MMI senilai Rp 23,84 triliun. 

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto menyarankan, investor reksadana pendapatan tetap dan campuran waspada. Dari domestik, ada kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Dari luar negeri, bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan bunga tahun ini atau tahun depan. 

Dua faktor tersebut dapat memicu gejolak di pasar obligasi. Padahal, obligasi adalah aset dasar bagi reksadana pendapatan tetap serta reksadana campuran.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia