Kelompok Pro-Demokrasi Myanmar Melancarkan Serangan Drone ke Markas Militer



KONTAN.CO.ID - Kelompok pro-demokrasi Myanmar pada hari Kamis (4/4) melancarkan serangan drone ke bandara dan markas militer di ibukota negara tersebut, Naypyidaw.

Melansir Al Jazeera, pemerintah militer Myanmar mengatakan mereka menembak jatuh 13 drone dalam serangan hari Kamis. Tidak ada korban jiwa atau kerusakan properti dalam insiden tersebut.

Pihak militer merilis gambar yang menunjukkan sembilan drone kecil, beberapa di antaranya rusak. Dari 13 drone, empat membawa bahan peledak.


Kanal televisi yang dikontrol militer, Myawaddy TV, mengatakan bahwa armada drone tersebut memang menargetkan sejumlah lokasi penting di ibukota, tanpa menyebutkan sasarannya.

Baca Juga: UNHCR & IOM Mobilisasi Bantuan untuk Pengungsi Rohingya Pasca Tragedi Kapal Terbalik

Pemerintah bayangan Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), dan kelompok bersenjata anti-militer Pasukan Pertahanan Rakyat mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Mereka menyampaikan bahwa serangan itu tersinkronisasi dan terkoordinasi pada hari Kamis terhadap markas besar militer dan pangkalan angkatan udara.

Juru bicara NUG, Kyaw Zaw, mengatakan bahwa serangan drone itu sukses karena berhasil menunjukkan bahwa para jenderal penguasa tidak punya tempat untuk bersembunyi .

"Ini adalah masa ketika junta memaksakan wajib militer dan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Dengan adanya serangan terhadap pusat saraf mereka, Naypyidaw, kami ingin menekankan bahwa mereka tidak memiliki tempat yang aman," kata Kyaw.

Baca Juga: Thailand Fasilitasi Pemindahan 900 Korban Penipuan dari Myanmar ke Tiongkok

Dalam pernyataan lain, sekretaris tetap NUG, Naing Htoo Aung, mengatakan rumah panglima militer Min Aung Hlaing telah menjadi salah satu sasaran dan total 30 drone telah dikerahkan pada hari Kamis.

Kelompok perlawanan Kloud Team (Shar Htoo Waw), yang berspesialisasi dalam perang drone, sering kali dipekerjakan oleh unit Pasukan Pertahanan Rakyat, yang tidak memiliki senjata berat seperti tentara.

"Mereka telah menghabiskan jutaan dolar untuk sistem pertahanan yang kompleks, termasuk pertahanan udara. Kekuatan pertahanan berusia tiga tahun ini mampu menyerang tempat seperti itu menunjukkan sebuah langkah maju yang besar dalam revolusi," kata Naing dalam wawancara yang diunggah di saluran media NUG.