Keluar dari DNI, bisnis layar lebar diyakini makin moncer di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca keluar dari daftar negatif investasi, bisnis industri film di dalam negeri semakin moncer. Buktinya, jumlah layar bioskop di Indonesia terus bertambah.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menjelaskan, pertumbuhan layar bioskop tahun ini telah melampaui target. Asal tahu saja, target layar bioskop tahun ini sebanyak 1.680 layar. "Semua itu telah tercapai, jadi diharapkan bisa lebih dari itu," jelasnya Kamis (13/9).

Catherine Keng, Corporate Secretary Cinema XXI menyebutkan, berdasarkan data Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) total layar per 12 September 2018 berjumlah 1.681 layar dengan total bioskop 312.


Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun total layar tahun lalu sebanyak 1.518 layar dengan total bioskop berjumlah 279.

Bahkan ia bilang pada tahun depan proyeksinya untuk layar bisa bertambah kembali. "Proyeksinya tahun depan bisa mencapai 2.400 layar," ujarnya pada acara Indonesia Film Business Outlook 2019.

Ia juga bilang dari sisi penonton film Nasional terus alami pertumbuhan. Pada tahun 2017, dari total 119 judul film, GPBSI mencatat 42,7 juta penonton.

Sedangkan pada tahun ini, per 12 September lalu dari 94 judul film tercatat penonton film Nasional tercatat sebanyak 36,3 juta. Adapun di sisa tahun ini, diharapkan penonton film Indonesia dapat mencapai 50 juta penonton.

Fauzan Zidni, Ketua Umum Asosiasi Produser menyebutkan bahwa penonton merupakan salah satu indikator penting untuk suksesnya industri film.

"Tahun lalu kita nomor 9 untuk market share untuk film lokal sekitar 32%. Jadi 60% film asing dan film lokal 40% dan saya pikir bukan kita menafikan film asing karena ekosistemnya harus berjalan bersama," ujarnya.

Ia bilang untuk target market share angka tersebut sudah baik, tetapi ia berharap ada kenaikan dari jumlah penonton.

"Penonton targetnya tahun ini tumbuh 15% - 20%, kami harapannya untuk film nasional bisa lebih dari 50 juta penonton," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi