Keluar dari RSPO, ekspor CPO tetap naik



JAKARTA. Keluarnya Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dari keanggotaan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) belum sampai mempengaruhi ekspor kelapa sawit Indonesia.Nilai ekspor kelapa sawit periode Januari-Agustus 2011 sebesar US$ 10,97 miliar. Angka itu meningkat sebesar 50,2% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 7,30 miliar.Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh, mengatakan, India sebagai salah satu importir kelapa sawit terbesar tetap mencatatkan peningkatan ekspor. Selama Januari-Agustus 2011 ekspor kelapa sawit ke India tercatat US$ 2,9 miliar. Nilai itu meningkat sebesar 45% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2 miliar. Lagi pula, syarat ekspor yang harus mengantongi standar RSPO itu hanya untuk negara tujuan Uni Eropa. "Sementara China dan India tidak mengharuskan standar RSPO itu," ujar Dedi, kemarin (1/11).Apabila terjadi penurunan ekspor, lantaran adanya pelemahan permintaan akibat kenaikan harga komoditi, kenaikan harga minyak bumi, atau penerapan bea keluar. Tapi semua itu tak membuat ekspor kelapa sawit ke India melorot. Terbukti, kenaikan pangsa pasar ekspor Indonesia ke India sebesar 48,2% yang didominasi kelapa sawit dan batu bara.Kepala Badan Pengajian dan Perkembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Herry Sutanto, mengutarakan, India berhasil menggeser Singapura dan Malaysia yang selama ini menjadi negara tujuan ekspor utama.Saat ini posisi pertama importir CPO terbesar dari Indonesia adalah China sebesar 12,33%, diikuti Jepang 11,28%, Amerika Serikat 9,79%. Sementara India di posisi keempat sebesar 8,47%, Singapura 7,13% dan Malaysia sebesar 5,80%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini