Kelud meletus, produksi gula masih aman



JAKARTA. Bila produksi hortikultura tidak terganggu akibat letusan gunung Kelud yang terjadi pada Kamis (13/2) lalu, hal sebaliknya terjadi pada produksi gula. Meski termasuk daerah sentra produksi gula, namun tidak banyak perkebunan tebu di Kediri yang rusak akibat sapuan abu vulkanik atau terjangan lahar dingin dari gunung Kelud. Aris Toharisman, Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mengatakan, wilayah perkebunan tebu di Kediri yang berdampak langsung dari letusan gunung Kelud ini tidak terlalu banyak yakni hanya sekitar 750 hektar (ha). "Yang rusak terutama terjadi pada tanaman tebu yang berumur dibawah 3 bulan," ujar Aris, Rabu (19/2). Tanaman tebu yang rusak tersebut juga masih dapat direcovery. Usia tanaman yang masih kecil relatif sedikit dibandingkan tanaman yang sudah tua berusia lebih dari 7 bulan. Catatan saja, luas areal perkebunan tebu yang ada di Kediri sendiri mencapai 25.000 ha-30.000 ha. Catatan saja, di daerah Kediri tersebut terdapat tiga pabrik gula (PG) milik PT Perkebunan Nasional (PTPN X). Ketiga PG tersebut adalah PG Meritjan, PG Pesantren Baru dan PG Ngadirejo. Total kapasitas dari ketiga PG tersebut mencapai 15.000 ton cane per day (TCD). Mochamad Cholidi Sekretaris Perusahaan PTPN X mengatakan, pihaknya tidak menampik adanya kerusakan tanaman dari areal perkebunan tebu yang ada di areal ketiga PG miliknya. Meski demikian, pihaknya saat ini masih melakukan inventarisir potensi kehilangan bahan baku tebu tersebut. "Kita masih hitung karena ada lintasan lahar dingin yang mengenai lokasi tanaman tebu juta," kata Cholidi. Dia menambahkan, tidak hanya bahan baku, beberapa bagian dari PG utamanya atap mengalami kerusakan akibat sapuan abu dan kerikil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan