KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan bank menengah dan besar dalam menghasilkan laba belum cukup optimal. Itu tercermin dari rasio
Return on Equity (RoE) di kuartal I 2019 yakni rasio profitabilitas yang dipakai mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham. Dari 10 bank besar yang sudah melaporkan kinerjanya, hanya separuh yang berhasil mencatatkan kenaikan rasio RoE. Salah satunya adalah PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI, anggota indeks
Kompas100) dengan menorehkan kenaikan rasio RoE jadi 17,26% kuartal I 2019 dari 16,73% pada periode yang sama tahun lalu. Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan menjelaskan, keberhasilan perseroan mencetak pertumbuhan laba bersih didorong kenaikan pendapatan bunga dan membaiknya kualitas kredit.
Pendapatan bunga Bank Mandiri per Maret 2019 tumbuh 14,82%
year on year (yoy) yang menurut Panji merupakan cerminan langsung dari pertumbuhan mesin kredit dan aset produktif yang pesat selama setahun terakhir. Sementara perbaikan kualitas kredit terlihat dari penurunan biaya CKPN menjadi Rp 2,4 triliun. Tahun ini, Bank Mandiri mengharapkan RoE akan terjaga di kisaran 16%-17%. Untuk mencapai itu, perseroan akan mendorong pertumbuhan pendapatan bunga kredit terutama dari segmen Korporasi dan Mikro. "Pertumbuhan kedua segmen kredit ini terbukti sangat pesat dan kualitasnya pun terjaga baik." jelas Panji pada Kontan.co.id, Senin (6/5). Selain itu, Bank BUMN ini akan memaksimalkan pendapatan non-bunga dari berbagai transaksi dan mendorong pertumbuhan layanan perbankan digital sebagai salah satu upaya peningkatan efisiensi. Panji bilang, Bank Mandiri merupakan bank dengan
Cost to Income Ratio (CIR) terbaik secara industri per Maret 2019. Kemudian, Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI, anggota indeks
Kompas100) juga mencatatkan kenaikan RoE dari 18,7% jadi 18,81%. Direktur keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan kenaikan profitabilitas itu didorong kebijakan perseroan yang fokus ke segmen UMKM, kenaikan pendapatan non bunga dan perbaikan kualitas kredit. BRI berharap bisa menjaga rasio RoE di kisaran 19% sejalan dengan komitmen perseroan bisa memberikan return yang meningkat ke pemegang saham. PT Bank OCBC NISP Tbk (
NISP) juga mencatat kenaikan RoE dari 12,26% menjadi 12,63%. Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja mengungkapkan, pertumbuhan profitabilitas itu didorong oleh kenaikan pendapatan non bunga dan turunnya biaya cadangan kerugian kredit sejalan dengan terjaganya kualitas kredit. Tahun ini, OCBC menargetkan RoE terjaga di kisaran 12%. Guna mencapai target itu, bank kategori BUKU III ini akan mendorong pertumbuhan penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan meningkatkan efisiensi operasional. Sementara PT Bank Centra Asia Tbk (
BBCA, anggota indeks
Kompas100) mengalami penurunan rasio RoE dari 16,06% jadi 15,36%. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA bilang, penurunan terjadi karena perseroan banyak melakukan pencadangan periode tersebut. Rasio pencadangan alias coverage ratio BCA mencapai 171,4%. "Sampai akhir tahun, RoE kami harapkan ada di atas 15%." ujarnya.
Sama seperti BCA, PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN, anggota indeks
Kompas100) juga mengalami penurunan kemampuan mencetak laba. Rasio RoE bank pelat merah ini turun menjadi Rp 14,08% dari 14,69% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengungkapkan, penurunan kemampuan perseroan menghasilkan keuntungan disebabkan peningkatan beban bunga dan biaya pencadangan (CKPN). Guna menjaga peningkatan profitabilitas sampai akhir tahun, BTN akan fokus melakukan penyaluran kredit di sektor perumahan, mendorong penghimpunan dana murah, mengoptimalkan pertumbuhan
fee based income atau pendapatan non bunga, serta mengefisienkan biaya
overhead. "Tahun ini, rasio RoE akan dijaga di level 14%-15%." ujar Mahelan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi