Kemarahan China mengganggu pemasukan raksasa IT



DUA poros kekuatan utama dunia kembali bersitegang. Kali ini, aksi spionase membumbui hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pangkal soalnya adalah langkah Edward Snowden membuka aib aksi spionase AS pada bulan Juni lalu. Sebulan terakhir, mantan pegawai NSA ini kembali merilis aksi penyadapan Badan Keamanan Nasional (NSA).

Yang terbaru, NSA disebut-sebut menyadap para petinggi negara, antara lain pemimpin Jerman dan Brasil. Tak terkecuali para pejabat China. Alhasil, "cerita" Snowden ini membangkitkan amarah para pemimpin China. Sentimen antiproduk Amerika pun merebak di Negeri Tirai Bambu itu.

Yang paling menderita atas kejadian itu adalah raksasa perusahaan teknologi AS. Pasalnya, aksi penyadapan NSA ditengarai melalui produk-produk teknologi rakitan AS. Ketegangan yang memanas sejak medio 2013 itu kini berbuah pahit. Tengok saja, rapor International Business Machines (IBM) Corp di sepanjang kuartal III 2013. Produsen perangkat keras ini melaporkan penurunan pendapatan sebesar 22% dari pasar China.


Mark Loughridge, Direktur Keuangan IBM bilang, reformasi ekonomi China menjadi faktor pemicu penundaan pembelian.Raksasa teknologi Microsoft meramal, China sebagai pasar dengan performa terburuk di masa depan. "Hubungan antara China dan AS masih akan sama dan menjadi tantangan berat bagi kinerja perusahaan," ujar Chris Suh, Hubungan Investor Microsoft.

Sedangkan Cisco Systems Inc. menghitung pendapatannya berpotensi turun sekitar 8%-10% dari pasar China.Forrester Research Inc, konsultan teknologi memprediksi, isu spionase bisa merugikan perusahaan teknologi AS sebesar US$ 180 miliar. Prediksi angka ini mencapai 25% dari total pasar teknologi global di tahun 2016.

Pasca Snowden merilis aksi penyadapan NSA, pemerintah China memang belum terang-terangan melarang pemakaian teknologi AS. "Tapi pesan pemerintah China cukup jelas. Mereka ingin kami mengurangi pemakaian produk AS, misalnya IOE (IBM, Oracle dan EMC Corp)," ujar mantan pejabat China.

Pelan tapi pasti, Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menerbitkan aturan tentang standar keamanan data bagi perusahaan finansial. "Meski belum ada perintah resmi, di masa mendatang kami akan mencoba teknologi lokal seperti Lenovo," ujar seorang petinggi salah satu bank terbesar di China.

Sejatinya, pemerintah China memang getol menyebarkan virus antiproduk asing. Bak gayung bersambut, kemunculan Snowden menjadi momentum pas untuk mengusir raksasa teknologi AS. "Motif utama tentu China ingin menggunakan produk dalam negeri ketimbang produk AS," ujar James McGregor, Chairman APCO Worldwide Wilayah China.

Permusuhan yang merembet ke sektor ekonomi ini tak lepas dari aksi balas dendam China. Pasalnya, AS pernah mengekang pertumbuhan bisnis Huawei Technologies Co dan ZTE Corp.  Pada Oktober 2012 lalu, Komite Intelijen Nasional (HIC) AS memvonis bahwa Huawei dan ZTE merupakan perpanjangan tangan China untuk memata-matai AS.

Dus, HIC melarang seluruh badan pemerintahan AS menggunakan produk Huawei dan ZTE. Seluruh industri strategis, semisal perbankan, juga mendapat larangan yang sama dari pemerintah. n

Editor: Dessy Rosalina