Kemarau berdampak ke produksi padi dan jagung



KONTAN.CO.ID - Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai kondisi ini merupakan hal yang wajar mengingat tahun 2017 beriklim normal. Meski begitu, dia berpendapat hal ini harus terus diantisipasi karena kondisi ini dapat berlangsung hingga enam bulan.

Melihat rentang waktu yang panjang, Dwi juga mengungkap hal ini dapat berdampak pada penurunan produksi khususnya padi dan jagung. Menurutnya, dua komoditas pangan ini memiliki siklus yang hampir sama.

Dengan musim kemarau ini, maka masa panen untuk komoditas padi akan berlangsung pada Februari dan Maret. "Nanti masa panen akan mulai pada Februari, dan puncaknya pada Maret. Pemerintah harus siap, karena harga mulai merangkak naik dan serapan Bulog terus menurun karena kekeringan ini," tutur Dwi.


Menurut Dwi, saat ini harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani di berbagai daerah sudah mencapai sekitar Rp 5.000 per kg, bahkan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pun mengalami peningkatan hingga 10%. Menurutnya, bila tidak ada antisipasi, maka harga ini masih akan terus mengalami peningkatan.

"Kondisi sekarang harus diantisipasi karena panen Juli dan Agustus terkendala karena serangan hama. Biasanya bulan September serapan Bulog juga biasanya tidak ada masalah, namun ini sudah mulai kesulitan menyerap gabah. Ini memberi warning kepada kita semua untuk berhati-hati di tahun 2017.

Dwi pun berpendapat, jagung pun layak mendapatkan perhatian lebih pemerintah. Apalagi, sebelum adanya musim kemarau harga jagung juga sudah mengalami peningkatan sejak Maret. Dia bilang, harga jagung saat ini sudah mencapai Rp 4,500 per kg. Harga ini pun akan terus mengalami peningkatan hingga musim kemarau berakhir.

"Seharusnya harga jagung mengalami penurunan pada Februari dan Maret, namun Maret sudah mengalami kenaikan. Ini artinya ada anomali. Karena itu saya rasa komoditas jagung pun perlu diperhatikan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto