Kemarau di Jabodetabek diramal hingga akhir tahun



JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut musim kering atau kemarau di wilayah Jabodetabek pada tahun ini terjadi lebih panjang dibanding biasanya. Padahal, pada tahun-tahun lalu, saat memasuki bulan September dan Oktober, warga Jabodetabek sudah bisa merasakan guyuran musim hujan.

"Saat ini secara rata-rata pada bulan Agustus - September ini, Jakarta sedang dalam musim kemarau. Hanya saja untuk tahun ini kita prediksikan musim kemarau akan lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Rahadi Prabowo saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/9).

Prabowo menjelaskan, kondisi iklim kering yang menyelimuti kawasan Jabodetabek akan berlangsung hingga jelang akhir tahun ini. "Kalau bisasanya bulan September-Oktober sudah banyak hujan, tapi ini kita prediksikan pada bulan-bulan November-Desember baru mulai banyak hujan," kata Prabowo.


Fenomena El Nino yang terjadi di kawasan Pasifik membuat sejumlah kawasan di daerah ini ikut terpapar efeknya yang menyebabkan terjadi kekeringan. Tak terkecuali di Jabodetabek, uap hujan yang seharusnya sudah menyublim pada bulan-bulan September ini untuk hujan, menjadi terbawa ke arah Indonesia timur, imbas efek El Nino. Hal itulah yang membuat musim kemarau berlangsung lebih lama.

"Fenomena El Nino ini memang terjadi di Samudera Pasifik di ekuator bagian tengah. Tapi ini mempengaruhi sirkulasi udara yang ada di Indonesia yang pada umumnya bulan-bulan ini sedang kemarau. Uap air yang seharusnya untuk hujan ternyata bergeser ke wilayah timur," kata dia menjelaskan. (Ade Fenalosa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie