JAKARTA. Kemarau yang berkepanjangan akan berdampak pada turunnya produksi crude palm oil (CPO) di tahun 2016. Di mana produksi CPO di 2016 diperkirakan hanya akan sebanyak 28 juta ton, turun dari tahun 2015 yang diproyeksikan mencapai 33 juta ton. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis dan Pangan, Franky O. Widjaja mengatakan, besaran penurunan produksi CPO sangat ditentukan oleh lama tidaknya masa kemarau yang terjadi di tahun ini. “Saya rasa produksi tahun depan tidak bisa lebih tinggi, mungkin turun di bawah 30 juta ton karena el nino," ujar Franky di Gedung Kadin, Jumat (4/9). Oleh karena itu, ia berharap musim kemarau ini tidak berlangsung lama dan bisa diselingi dengan hujan agar tanaman bisa mendapatkan air. Sebab bila tidak terjadi hujan tahun ini, maka bunga yang akan dihasilkan tanaman sawit tidak banyak dan akan mempengaruhi produksi tahun depan, di mana bunga tersebut akan menjadi buah siap panen pada tahun depan. Selain kemarau, Franky juga menyebut kabut yang menutupi Sumatera dan Kalimantan bisa ikut menurunnya produksi sawit akibat terganggunya fotosintesis. Di mana kabut tersebut menghambat sinar matahari langsung sampai ke daun kelapa sawit. Sinar matahari ini sangat dibutuhkan untuk mempercepat menghasilkan proses bunga yang nantinya menjadi buah sawit. "Jadi sudah el nino, ditambah asap lagi, wah produksi bisa turun jauh," imbuhnya. Penurunan produksi CPO di khawatirkan akan berpengaruh pada ekspor Indonesia yang mana 10% produk ekspor disumbangkan dari CPO. Dari sekitar US$ 200 miliar nilai ekspor Indonesia di tahun 2014, sekitar US$ 19 miliar - US$ 20 miliar disumbangkan dari CPO.
Kemarau panjang, produksi CPO di 2016 bisa turun
JAKARTA. Kemarau yang berkepanjangan akan berdampak pada turunnya produksi crude palm oil (CPO) di tahun 2016. Di mana produksi CPO di 2016 diperkirakan hanya akan sebanyak 28 juta ton, turun dari tahun 2015 yang diproyeksikan mencapai 33 juta ton. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis dan Pangan, Franky O. Widjaja mengatakan, besaran penurunan produksi CPO sangat ditentukan oleh lama tidaknya masa kemarau yang terjadi di tahun ini. “Saya rasa produksi tahun depan tidak bisa lebih tinggi, mungkin turun di bawah 30 juta ton karena el nino," ujar Franky di Gedung Kadin, Jumat (4/9). Oleh karena itu, ia berharap musim kemarau ini tidak berlangsung lama dan bisa diselingi dengan hujan agar tanaman bisa mendapatkan air. Sebab bila tidak terjadi hujan tahun ini, maka bunga yang akan dihasilkan tanaman sawit tidak banyak dan akan mempengaruhi produksi tahun depan, di mana bunga tersebut akan menjadi buah siap panen pada tahun depan. Selain kemarau, Franky juga menyebut kabut yang menutupi Sumatera dan Kalimantan bisa ikut menurunnya produksi sawit akibat terganggunya fotosintesis. Di mana kabut tersebut menghambat sinar matahari langsung sampai ke daun kelapa sawit. Sinar matahari ini sangat dibutuhkan untuk mempercepat menghasilkan proses bunga yang nantinya menjadi buah sawit. "Jadi sudah el nino, ditambah asap lagi, wah produksi bisa turun jauh," imbuhnya. Penurunan produksi CPO di khawatirkan akan berpengaruh pada ekspor Indonesia yang mana 10% produk ekspor disumbangkan dari CPO. Dari sekitar US$ 200 miliar nilai ekspor Indonesia di tahun 2014, sekitar US$ 19 miliar - US$ 20 miliar disumbangkan dari CPO.