KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah ditutup menguat pada akhir sesi perdagangan Senin (19/8). Sejumlah analis memperkirakan pegerakannya akan cenderung terbatas pada Selasa (20/8). Mengutip Bloomberg, Senin (19/8), Rupiah spot berada di level Rp 15.550 per dolar AS atau menguat sekitar 0,91% dari posisi penutupan akhir pekan lalu. Sedangkan, Rupiah jisdor Bank Indonesia menguat sekitar 0,79% ke level Rp 15.591 per dolar AS, Senin (19/8). Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mencermati, penguatan rupiah hari ini sejalan dengan sentimen
risk-on yang cenderung mendominasi pasar keuangan Asia. Kondisi ini sejalan dengan optimisme di kawasan Asia akibat menguatnya indikator-indikator ekonomi negara-negara Asia, seperti di Jepang, Filipina, dan Thailand.
Baca Juga: Fokus ke Jackson Hole, Dolar AS Turun Terhadap Yen, Euro Terus Naik Sentimen
risk on ini sebelumnya juga sudah menguat pada awal sesi akibat melemahnya data indikator properti di Amerika Serikat (AS). Sehingga meningkatkan kemungkinan pemotongan suku bunga yang agresif dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). “Beberapa mata uang Asia bahkan mampu menguat lebih dari 1%. Rupiah sendiri menguat sekitar 0,88% ke level 15.553 per dolar AS atau terkuat sejak Maret 2023,” ungkap Josua kepada Kontan.co.id, Senin (19/8). Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengamati, rupiah menguat seiring penurunan dolar AS. Indeks dolar AS jatuh ke angka 102 pada hari Senin (19/8), level terlemah hampir delapan bulan. Dolar AS terbebani oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) harus segera menurunkan biaya pinjaman untuk mencegah perlambatan ekonomi. Sebelumnya pada hari Jumat (16/8), Presiden Chicago Fed Austan Goolsbee mengatakan bahwa pasar tenaga kerja AS dan beberapa indikator ekonomi utama menunjukkan tanda-tanda peringatan, menyusul meningkatnya tingkat tunggakan kartu kredit.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.591 Per Dolar AS pada Senin (19/8) Selain itu, angka pembangunan perumahan AS yang lebih lemah dari perkiraan untuk bulan Juli juga menambah sentimen bearish untuk the Greenback. Akibatnya, pasar melihat peluang 100% bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada bulan September, dengan potensi pengurangan 50 bps yang lebih besar masih mungkin terjadi. “Penguatan Rupiah sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan kinerja indeks dolar,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (19/8).
Sutopo melihat, investor sekarang menantikan pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole, Wyoming dan risalah FOMC terbaru akhir minggu ini untuk panduan lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter the Fed. Dari domestik, pasar menunggu laporan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada tanggal 21 Agustus mendatang. Hanya saja, kemungkinan rupiah besok akan bergerak datar karena tidak ada katalis penting yang dapat mempengaruhi, baik dari luar atau dalam negeri. Sutopo memperkirakan, rupiah kemungkinan bergerak di rentan Rp 15.500 – Rp 15.600 per dolar AS di perdagangan Selasa (20/8). Sementara, Josua melihat bahwa Rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya, meskipun lebih terbatas. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 15.475 – Rp 15.600 per dolar AS di perdagangan besok Selasa (20/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih