KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Packaging Federation (IPF) melihat potensi besar dalam program pemerintah untuk penyediaan makanan bergizi bagi anak sekolah, khususnya dari aspek kemasan. Direktur Eksekutif IPF, Henky Wibawa, menyatakan bahwa program ini membuka peluang bagi industri kemasan untuk berkontribusi dengan solusi yang ramah lingkungan, termasuk kemasan berbahan plastik monomaterial. Henky mengungkapkan bahwa penggunaan monomaterial, khususnya plastik, merupakan pilihan ideal untuk memastikan kemasan mudah didaur ulang dan tidak membebani lingkungan.
"Material terbaik saat ini adalah monomaterial, khususnya plastik, karena bisa didaur ulang dan dipakai kembali dalam siklus yang berkelanjutan,” jelas Henky kepada KONTAN, Senin (28/10).
Baca Juga: Paperocks Indonesia Optimis Permintaan Kertas Food Grade Naik Tahun Depan Menurutnya, meski kertas banyak digunakan sebagai kemasan makanan, lapisan plastik yang diperlukan untuk menjaga ketahanan makanan justru membuat kertas sulit didaur ulang. IPF juga menekankan bahwa aspek biaya menjadi faktor penting dalam pemilihan kemasan, terutama mengingat program ini ditujukan untuk bantuan sosial. “Jenis kemasan yang murah, aman, dan ramah lingkungan menjadi tuntutan utama,” tambah Henky. Penggunaan plastik monomaterial tidak hanya lebih ekonomis dibandingkan kertas berlapis plastik tetapi juga lebih sesuai dengan kebutuhan makanan siap saji yang tidak perlu disimpan lama. Henky optimis bahwa industri kemasan Indonesia siap menyambut permintaan kemasan dari program ini. Meski tingkat utilisasi industri kemasan saat ini tergolong rendah, berkisar antara 40%-60%, Henky melihat ini lebih karena perubahan tren permintaan yang kini lebih variatif akibat preferensi konsumen yang dinamis. “Kami melihat potensi peningkatan utilisasi, terutama jika program berjalan rutin tanpa bergantung pada tren konsumen yang cepat berubah,” ujarnya.
Baca Juga: Industri Manufaktur Bersiap Hadapi Kenaikan Upah Dengan program makan siang bergizi, Henky berharap tingkat utilisasi industri kemasan bisa mengalami peningkatan bertahap. Untuk tahun 2024, ia memproyeksikan kenaikan nilai industri kemasan sebesar 2%-3% dibandingkan tahun sebelumnya, dan optimis angka tersebut bisa naik menjadi 5%-6% pada tahun 2025 jika permintaan dari program pemerintah ini terus meningkat. IPF terus mengedukasi pelaku industri agar lebih siap dengan perubahan kebutuhan teknologi dan permintaan yang beragam. “Kami siap menyikapi setiap peluang baru dan beradaptasi agar dapat memenuhi tuntutan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan terjangkau untuk mendukung program pemerintah ini,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .