Kematian virus corona AS mencapai 41.000, pengunjuk rasa tuntut pembukaan ekonomi AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menurut perhitungan Reuters, angka kematian akibat virus corona di AS mencapai 41.000 pada hari Senin (20/4/20200. Kendati demikian, jumlah pengunjuk rasa yang berkumpul di sejumlah ibukota negara bagian untuk menuntut diakhirinya penutupan semakin meningkat. Sementara para pejabat menyarankan agar berhati-hati sampai lebih banyak pengujian corona tersedia.

Langkah-langkah tinggal di rumah, yang menurut para ahli sangat penting untuk memperlambat penyebaran virus, membuat ekonomi AS macet dan memaksa lebih dari 22 juta orang untuk mengajukan tunjangan pengangguran pada bulan lalu.

Amerika Serikat sejauh ini memiliki jumlah kasus virus corona terkonfirmasi terbesar di dunia, dengan lebih dari 756.000 kasus infeksi dan lebih dari 41.150 kematian. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya terjadu di negara bagian New Yorks.


Baca Juga: Krisis corona terbilang akut padahal AS memimpin di bidang medis, apa yang salah?

Data Reuters menunjukkan, kasus dan kematian AS cenderung menurun selama akhir pekan, di mana angka kematian meningkat sekitar 1.500 pada hari Minggu dan 1.800 pada hari Sabtu. Pekan lalu, Amerika Serikat mencatat 2.806 kematian dalam satu hari pada hari Rabu.

Pada hari Minggu, jumlah kasus meningkat 24.000. Ini merupakan jumlah terkecil sejak 30 Maret setelah baru-baru ini meningkat sekitar 30.000 kasus per hari, menurut penghitungan Reuters.

Namun, hot spot muncul di Chicago, Boston dan Philadelphia.

Baca Juga: Nyaris sepertiga warga AS percaya teori konspirasi tentang asal-usul virus corona

Presiden AS Donald Trump (dari Republik) muncul untuk mendukung para pengunjuk rasa yang ingin membuka kembali ekonomi AS sekarang lewat serangkaian postingan di Twitter pada hari Jumat. Dia menyerukan mereka untuk "MEMBEBASKAN" Michigan, Minnesota dan Virginia, yang kesemua negara bagian ini dijalankan oleh gubernur Demokrat.

Anggota parlemen Republik di beberapa negara bagian juga mendukung aksi protes tersebut.

Para ahli kesehatan dan anggota parlemen di garis depan pertempuran untuk mengekang pandemi telah memperingatkan bahwa negara itu dapat menghadapi gelombang infeksi kedua dan bahkan lebih mematikan jika penguncian berakhir sebelum waktunya.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie