Kembali dari Liburan Musim Panas, Paus Fransiskus Ingin Perkuat Legasinya



KONTAN.CO.ID -  VATIKAN. Setelah liburan musim panas, Paus Fransiskus memulai periode sibuk dengan agenda yang penuh, termasuk perdebatan penting mengenai masa depan Gereja Katolik.

Pada usia 87 tahun dan sering menggunakan kursi roda karena masalah kesehatan, Paus Fransiskus dijadwalkan melakukan dua perjalanan luar negeri pada bulan September. Salah satunya adalah kunjungan 12 hari ke empat negara di Asia, serta kunjungan ke Belgia dan Luksemburg. 

Pada bulan Oktober, Paus akan memimpin pertemuan sinode di Vatikan dengan ratusan uskup Katolik. Pertemuan ini akan membahas reformasi Gereja, termasuk isu kontroversial seperti pembukaan imamat bagi pria yang sudah menikah dan peran perempuan sebagai diaken.


Baca Juga: Bangun Kematangan Pribadi, Paus Fransiskus Minta Calon Imam Membaca Puisi dan Fiksi

Beberapa pengamat menganggap langkah cepat Paus Fransiskus sebagai usaha untuk memperkuat warisannya. Menurut Christopher Bellitto, sejarawan Gereja, Paus mungkin berada di "tahap terakhir" masa kepausannya dan berusaha memastikan visinya terus berlanjut.

Musim Gugur yang Panas

Paola Lazzarini, advokat reformasi Gereja Italia, menyebut periode ini sebagai "musim gugur yang panas" bagi Paus Fransiskus. Ada ekspektasi tinggi mengenai reformasi Gereja, terutama menjelang suksesi kepausan di masa depan.

Agenda utama Paus selama beberapa tahun terakhir berfokus pada sinode, yang merupakan bagian dari proses konsultasi global dengan umat Katolik yang dimulai pada tahun 2021. Pertemuan Oktober akan mengevaluasi isu-isu dari konsultasi ini, termasuk ajaran seksual Gereja dan perlakuan terhadap umat Katolik LGBT.

Baca Juga: Paus Fransiskus Bakal Hadiri Misa di GBK, Umat Katolik Jakarta Dapat Kuota

Pertemuan tahun lalu berakhir tanpa keputusan, meninggalkan harapan besar pada pertemuan tahun ini. Paus diharapkan akan menulis dokumen yang merangkum hasil pertemuan ini dan kemungkinan dirilis pada awal 2025.

Kepemimpinan Baru dan Agenda 2025

Dalam beberapa bulan mendatang, Paus Fransiskus akan memilih pemimpin baru untuk komisi pelecehan seksual Vatikan, menyusul pengunduran diri anggota kunci tahun lalu. Kardinal Sean O'Malley, yang memimpin komisi ini sejak 2014, diperkirakan akan mundur karena batasan usia.

Menurut Bellitto, tujuan utama Paus adalah menjadikan metode konsultasi globalnya sebagai “cara permanen” bagi Gereja, meskipun ada kemungkinan Paus berikutnya bisa membatalkan kebijakan ini.

Pada tahun 2025, Vatikan dan Roma bersiap menyambut 32 juta wisatawan untuk Jubilee Katolik Roma atau Tahun Suci yang akan datang.

Editor: Noverius Laoli