KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Selasa (21/5). Mengutip
Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,13% ke posisi Rp 15.999 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,27% ke Rp 16.024 per dolar AS. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, komentar dari pejabat The Fed bahwa bank sentral masih perlu lebih diyakinkan karena inflasi sedang turun, dan suku bunga kemungkinan tidak akan berubah untuk sementara.
“Hal ini membuat risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan April, yang dijadwalkan pada hari Rabu, menjadi fokus utama, untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai sikap bank tersebut terhadap suku bunga," ujar Ibrahim dalam riset hariannya, Selasa (21/5).
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.999 Per Dolar AS Pada Hari Ini (21/5) Selain itu, Ibrahim bilang, pejabat The Fed belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target bank sentral AS sebesar 2% setelah data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan harga konsumen pada April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin (20/5) menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati. Sedangkan sentimen dari dalam negeri, BI mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2024 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. “Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali seiring dampak peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global,” kata dia. Dengan perkembangan tersebut, dia menuturkan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal I-2024 mencatat defisit sebesar US$ 6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar US$ 140,4 miliar. “Angka tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” imbuhnya. Tak hanya itu, transaksi berjalan juga mencatat defisit rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Pada kuartal I-2024, transaksi berjalan mencatat defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal IV-2023.
Baca Juga: BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25% pada Mei 2024 Dengan kondisi tersebut, Ibrahim memprediksi pada perdagangan besok, Rabu (22/5), mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.980 - Rp 16.040 per dolar AS. Analis Senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan sentimen yang membuat rupiah lanjut melemah karena adanya ketidakpastian terkait waktu untuk memangkas suku bunga acuan The Fed. Kemudian, pelaku pasar masih berspekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps pada FOMC meeting September 2024 mendatang, menjadi 5,25% sejalan dengan inflasi yang masih tinggi saat ini. Sehingga masih perlu tambahan waktu sebelum benar-benar memangkas suku bunga acuan. “Volatilitas rupiah yang terjadi beberapa hari terakhir juga dipengaruhi oleh pernyataan Pejabat The Fed yang berpendapat bahwa suku bunga acuan AS masih harus dipertahankan pada level yang tinggi, dan apabila ada kesempatan untuk menurunkan Fed Funds Rate, penurunannya cukup satu kali pada tahun 2024 ini,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Sementara itu, sentimen dari domestik, Reny bilang, datang dari pelaku pasar yang akan mengantisipasi rilis RDG Bank Indonesia yang akan keluar pada Rabu (22/5), sebelum libur bersama untuk pasar domestik. “Kami memperkirakan Bank Indonesia masih akan menurunkan level suku bunga acuannya pada posisi 6,25% pada pertemuan Mei ini,” kata dia. Reny pun memprediksi, rupiah akan kembali bergerak melemah terbatas di kisaran Rp 15.970 - Rp 16.045 per dolar AS pada perdagangan Rabu (22/5). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari