KONTAN.CO.ID - Dulu rotan menjadi salah satu bahan alam unggulan Indonesia. Rotan ini banyak dipakai sebagai bahan baku furnitur. Permintaan ekspor pun terus berdatangan. Namun, beberapa tahun terakhir, permintaan mebel rotan terus menyusut. Bahkan, banyak produsen yang harus gulung tikar. Namun, belum lama ini, muncul inovasi berbahan baku rotan, yakni diolah menjadi tas. Kini, penggunaan tas rotan pun jadi tren di dunia fesyen. Sejumlah kalangan artis pun turut menggunakan tas rotan ini. Bentuknya yang unik dan terkesan etnik membuat kaum hawa makin tertarik menggunakannya. Peluang usaha inilah yang coba digarap oleh sejumlah pelaku usaha. Salah satunya adalah Melissa Firda Amelia, pemilik Rotan Bag asal Jakarta. "Saya baru menekuni bisnis ini awal 2017, setelah melihat tren fesyen di Pinterest. Nah, di situ muncul banyak tas rotan ini," tuturnya.
Melissa mengatakan tas rotan awalnya kebanyakan digunakan oleh masyarakat mancanegara. Dan, sejak enam bulan belakangan mulai menjangkiti masyarakat Indonesia. Mahasiswi yang gemar mencoba tren fesyen ini pun tidak menyangka jika peminat tas rotan sebanyak yang sekarang. "Masyarakat sangat antusias akan produk ini. Banyak sekali yang merespon produk Rotan Bag," jelas dia. Lapak onlinenya pun kebanjiran pembeli. "Saya juga sering mengemas promo khusus untuk memasarkannya," jelas Melissa. Rotan Bag menyediakan 10 model tas rotan yang dibanderol mulai Rp 265.000 per buah. Harga tersebut sudah termasuk biaya pengiriman. Melissa bilang dalam sehari dirinya bisa menjual 30 - 40 buah tas rotan. Konsumen datang dari dalam negeri maupun mancanegara. "Kalau pembelian grosir kebanyakan datang dari luar negeri. Sekali beli biasanya mereka pesan 50 - 100 buah. Kalau pembelian ecer, kebanyakan konsumen dalam negeri," tutur Melissa. Keuntungan tren tas rotan juga diakui oleh Abdul Haris, pemilik Ethnic Belanyat Wai asal Kalimantan Utara. Ia tertarik mengolah rotan menjadi tas karena produksi rotan di desanya sangat melimpah. "Saya bisnis tas rotan ini sejak lima tahun lalu," ujar dia. Di desanya, Abdul bilang, banyak petani yang membuat kerajinan rotan sembari menunggu panen ladang mereka. Ethnic Belanyat Wai menyediakan puluhan motif tas rotan. Satu motif tas rotan biasanya hanya diproduksi enam buah. Jadi produk ini memang eksklusif dan terbatas. Harga aneka tas rotan tersebut dibanderol mulai Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta. "Harga ini tergantung motif, ukuran dan tingkat kesulitan pembuatannya," tutur Abdul. Ia mengaku bisa mengantongi omzet minimal Rp 30 juta per bulan dari penjualan tas rotan. Jika sedang ramai pembeli dan pesanan, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Model modis untuk mengundang minat konsumen usia muda Tas rotan kembali naik daun setelah banyak artis memakainya. Melissa Firda, pemilik Rotan Bag mengatakan, awalnya yang banyak disenangi adalah tas rotan berbentuk bulat seperti yang dipakai oleh para artis. Namun, seiring perjalanan waktu, Rotan Bag mengembangkan bentuk tas rotan. "Sekarang sudah ada sekitar 10 model. Ada yang bulat, tabung, setengah lingkaran, kotak juga ada," terang Melissa. Ia mendapat pasokan tas rotan dari seorang perajin asal Bali. Asal tahu saja, perajin tersebut mulanya adalah pembuat furnitur rotan. Setelah Melissa mengatahui bahwa sang perajin punya kemampuan membuat tas rotan juga, dia pun lantas bekerjasama. Saat membuka Rotan Bag, Melissa menggunakan sistem pre-order alias PO. Alasannya, lantaran keterbatasan tenaga yang dimiliki perajin, pembuatan tas rotan butuh waktu lama. Namun, seiring berjalannya bisnis Rotan Bag, perajin pun menambah karyawan. Melissa pun kini sudah bisa menjual dengan sistem
ready stock. Selain menyiapkan
ready stock, Melissa juga menerima pesanan tas rotan custom juga dari konsumen. "Kalau custom itu tetap harus PO dan waktunya sekitar tiga hari sampai seminggu pengerjaan," kata Melissa. Proses pembuatan tas rotan yang cukup lama juga diakui oleh Abdul Haris, pemilik Ethnic Belanyat Wai asal Kalimantan Utara. Bahkan, untuk menggarap pesanan konsumen dengan model dan motif yang rumit, Abdul butuh waktu hingga sebulan. Pasalnya, jumlah perajin rotan yang bisa membuat tas rotan sangat terbatas. "Biasanya yang sampai sebulan itu pembuatan tas rotan custom. Kalau yang lain rata-rata hanya seminggu sampai dua minggu," ungkapnya. Alasan itu juga yang mendorong Abdul untuk mencari strategi penjualan. Dia membatasi jumlah pembuatan tas rotan dalam satu model.
Satu model tas rotan Ethnic Belanyat Wai hanya dibuat enam buah. Tapi jika ada konsumen yang minta dibuatkan lagi, Abdul akan membuatkannya secara custom. Abdul menuturkan, jika dirinya juga sangat memperhatikan tren yang sedang berlangsung. Seperti saat ini, tas rotan berbentuk bulat sedang tren, Abdul juga membuatnya dengan motif yang menjadi ciri khas buatannya. "Kami ingin mengikuti kemauan pasar, supaya kami tidak terjebak di motif dan model jadul jadi bisa juga digunakan oleh anak muda," tandasnya. Menurutnya, belum banyak anak muda di Kalimantan atau di Indonesia yang menggunakan tas rotan sebagai salah satu pilihan fesyen mereka. Dengan alasan model yang kurang cantik, terkesan tua dan jadul. "Anak muda biasanya tidak mau pakai tas rotan, alasannya tidak modis. Tapi saya berusaha membuat tas-tas ini semodis mungkin supaya ABG mau pakai," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.