JAKARTA. Perdagangan obligasi di pasar sekunder kembali ramai. Hasil riset Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) tentang Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan, pada penutupan Selasa (15/11), total volume transaksi obligasi pemerintah dan obligasi sekunder naik 47,4% menjadi Rp 5,4 triliun, dari hari sebelumnya Rp 3,7 triliun.Namun, di periode yang sama, total frekuensi transaksi tercatat masih turun 15,1% dari 385 transaksi, menjadi 327 transaksi. Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menguraikan, untuk obligasi pemerintah, seri FR0058 bertenor 20,59 tahun dan berkupon 8,25% menjadi obligasi teraktif. Volume perdagangan mencapai Rp 442 miliar, dengan jumlah 69 transaksi.Sementara untuk obligasi korporasi yang teraktif adalah obligasi Indofood Sukses Makmur V Tahun 2009 (INDF05) bertenor 2,59 tahun dan menawarkan kupon 13,00%. Volume transaksi surat utang ini sebanyak Rp 100 miliar, dengan 6 kali transaksi.Analis Obligasi UOB Buana Securities Agus Salim melihat, permintaan obligasi di pasar sekunder sebenarnya masih banyak. "Kemarin transaksi sempat turun dan tidak terjadi transaksi karena barang yang diminta belum tentu tersedia. Sehingga saat ada yang aksi jual, sudah tentu ada yang menunggu untuk membeli," katanya, Selasa (15/11).Tumpal bilang, sentimen positif global juga bertambah dengan rilis data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang pada Oktober tercatat melebihi perkiraan pasar. Sementara sektor manufaktur di New York naik di November ini, atau mengakhiri kontraksi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.Berita positif juga datang dari pasar domestik. Jumlah permintaan investor terhadap sukuk global selama penawaran pembelian (book order size) kemarin, mencapai US$ 6,5 milliar, atau oversubsribed lebih dari 6,5 kali. Sebagai catatan, pemerintah mengumumkan penerbitan sukuk global senilai US$ 1 milliar, dengan tenor 7 tahun dan yield 4%. Sukuk global ini akan tercatat di bursa Singapura pada 21 November mendatang.
Kembali ramai, volume transaksi obligasi naik 47,4%
JAKARTA. Perdagangan obligasi di pasar sekunder kembali ramai. Hasil riset Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) tentang Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan, pada penutupan Selasa (15/11), total volume transaksi obligasi pemerintah dan obligasi sekunder naik 47,4% menjadi Rp 5,4 triliun, dari hari sebelumnya Rp 3,7 triliun.Namun, di periode yang sama, total frekuensi transaksi tercatat masih turun 15,1% dari 385 transaksi, menjadi 327 transaksi. Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menguraikan, untuk obligasi pemerintah, seri FR0058 bertenor 20,59 tahun dan berkupon 8,25% menjadi obligasi teraktif. Volume perdagangan mencapai Rp 442 miliar, dengan jumlah 69 transaksi.Sementara untuk obligasi korporasi yang teraktif adalah obligasi Indofood Sukses Makmur V Tahun 2009 (INDF05) bertenor 2,59 tahun dan menawarkan kupon 13,00%. Volume transaksi surat utang ini sebanyak Rp 100 miliar, dengan 6 kali transaksi.Analis Obligasi UOB Buana Securities Agus Salim melihat, permintaan obligasi di pasar sekunder sebenarnya masih banyak. "Kemarin transaksi sempat turun dan tidak terjadi transaksi karena barang yang diminta belum tentu tersedia. Sehingga saat ada yang aksi jual, sudah tentu ada yang menunggu untuk membeli," katanya, Selasa (15/11).Tumpal bilang, sentimen positif global juga bertambah dengan rilis data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang pada Oktober tercatat melebihi perkiraan pasar. Sementara sektor manufaktur di New York naik di November ini, atau mengakhiri kontraksi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.Berita positif juga datang dari pasar domestik. Jumlah permintaan investor terhadap sukuk global selama penawaran pembelian (book order size) kemarin, mencapai US$ 6,5 milliar, atau oversubsribed lebih dari 6,5 kali. Sebagai catatan, pemerintah mengumumkan penerbitan sukuk global senilai US$ 1 milliar, dengan tenor 7 tahun dan yield 4%. Sukuk global ini akan tercatat di bursa Singapura pada 21 November mendatang.