Kembali Setelah 17 Tahun di Pengasingan, Polisi Thailand Akan Tangkap Thaksin



KONTAN.CO.ID -  BANGKOK. Mantan perdana menteri Thailand yang menjadi buronan, Thaksin Shinawatra, kembali pada Selasa (22/8) setelah 17 tahun di pengasingan. Kepulangannya yang bersejarah ini bertepatan dengan upaya sekutu politiknya untuk membentuk pemerintahan baru bersama beberapa saingannya yang terpenting.

Thaksin, berusia 74 tahun, yang dikenal sebagai politisi Thailand terkemuka dan tokoh penting dari gerakan populis Pheu Thai, muncul sejenak di bandara Don Mueang Bangkok bersama keluarganya.

Dia menyapa para anggota parlemen dengan senyuman dan melambaikan tangan kepada ratusan pendukung yang bersemangat sebelum kembali ke terminal. Sebelum keberangkatannya dari Singapura, saudara perempuannya, Yingluck, memposting di media sosial, "Hari yang ditunggu-tunggu oleh kakak saya telah tiba."


Baca Juga: Mantan PM Thaksin Umumkan Kembali dari Pengasingan Jelang Pemilu yang Menentukan

"Selama 17 tahun terakhir, Anda merasa terasing, kesepian, tertekan, dan merindukan rumah, namun Anda tetap bertahan," ungkap Yingluck, yang juga berada di pengasingan, dalam unggahannya.

Pada tahun 2008, Thaksin melarikan diri ke luar negeri guna menghindari hukuman penjara akibat dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Ini terjadi dua tahun setelah dia digulingkan oleh militer atas tuduhan korupsi dan ketidaksetiaan kepada monarki, tuduhan yang dengan tegas dia tolak.

Polisi menyatakan bahwa Thaksin akan ditangkap dan langsung dibawa ke Mahkamah Agung untuk diadili, kemudian akan dipindahkan ke penjara.

Kembalinya Thaksin bertepatan dengan kumpulnya majelis rendah dan Senat yang ditunjuk oleh militer untuk melakukan pemungutan suara terhadap calon perdana menteri, Srettha Thavisin, seorang tokoh real estat yang baru memasuki dunia politik atas dorongan Pheu Thai beberapa bulan yang lalu.

"Selamat datang kembali kepada keluarga Shinawatra dan mantan PM Thaksin. Kembali ke tanah air bersama keluarga merupakan kebahagiaan yang tak ternilai," kata Srettha di platform media sosial, yang sebelumnya adalah Twitter.

Baca Juga: Thailand bredel stasiun TV karena sering siarkan unjuk rasa

Editor: Noverius Laoli