KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Energi Mega Persada (
ENRG) sudah menyiapkan strategi untuk kerek kinerja tahun ini. Salah satunya dengan menyiapkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) di kisaran US$ 80 juta hingga US$ 100 juta. Rencananya, dana capex itu akan digunakan untuk akuisisi aset baru hingga pengembangan aset yang ada. Selain itu, tahu ini
ENRG bakal fokus untuk meningkatkan produksi gas di beberapa blok yang dimilikinya. Investor Relations
ENRG Herwin Hidayat mengungkapkan, dengan estimasi capex 2021 tersebut perusahaan bakal pengembangan aset di pengeboran gas Blok Buzi (Afrika), pengeboran gas Blok Gebang (Sumatra), pengeboran minyak di Blok Malacca (Riau), dan pengeboran gas di Blok Bentu (Riau).
"Budget untuk target produksi migas dan harga jual migas tahun ini masih difinalkan," jelas dia kepada Kontan.co.id, Rabu (7/4). Urusan budget, ENRG juga tengah memfinalisasikan rencana
rights issue untuk tahun ini. Dana hasil
rights issue akan digunakan untuk akuisisi tambahan 25% aset di Blok Kangean PSC (Jawa Timur). Selain itu, dana segar dari aksi korporasi tersebut juga akan digunakan untuk pendanaan modal kerja aset-aset perusahaan lainnya dan pelunasan pinjaman ke kreditur.
Baca Juga: Energi Mega Persada (ENRG) siap incar akuisisi aset baru Ke depan, harapannya kinerja produksi dan keuangan
ENRG bisa lebih baik, khususnya lewat penambahan produksi gas dari Kangean dan kenaikan produksi migas dari aset-aset lain, usai mendapat tambahan modal kerja. Ditambah lagi, beban bunga diyakini berkurang dengan lunasnya beberapa pinjaman
ENRG di tahun ini. "Tahun ini, selain terus mencari
opportunity untuk akuisisi aset baru, kamu juga fokus meningkatkan produksi dari Kangean, Bentu dan Malacca," ungkap Herwin. Adapun untuk pengeboran gas dari blok Gebang di Sumatra, harapannya bisa mulai produksi gas di semester II-2021. Sedangkan untuk pengeboran satu sumur appraisal dan sumur eksplorasi di blok gas Buzi EPCC, Mozambik Afrika saat ini masih dalam proses pengerjaan. Sayangnya, dia belum bisa menyampaikan kapan blok tersebut bisa mulai memproduksi gas. Tahun lalu,
ENRG membukukan kenaikan EBITDA sebesar 17% menjadi US$ 233 juta. Hal ini mendorong laba bersih perusahaan yang melesat 92% ke level US$ 53,66 juta. Meskipun begitu, penjualan bersih turun 3% menjadi US$ 324,88 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 334,34 juta. Sementara laba operasional turun 21% ke level US$ 111,62 juta di akhir 2020. Adapun sepanjang 2020
ENRG berhasil mencatatkan penurunan
debt to equity ratio (DER) dari sebelumnya 1,63 kali di 2019 menjadi 0,55 kali per 31 Desember 2020. Hal ini didukung dengan posisi ekuitas yang meningkat dari US$ 106,1 juta di akhir 2019 menjadi US$ 212,17 atau naik 100%. Selain itu, ENRG juga bukukan kenaikan produksi minyak sebanyak 46% menjadi 3.444 barel per hari sepanjang 2020. Sebagai gambaran produksi minyak perusahaan migas di 2019 berkisar 2.363 barel per hari.
ENRG Chart by TradingView
Meskipun produksi minyak naik, rata-rata harga minyak justru mengalami turun 35% di 2020. Pada 2019, rata-rata harga minyak berada di kisaran US$ 67,42 per barel dan di 2020 turun ke kisaran US$ 43,55 per barel.
ENRG tersebut juga mencatatkan kenaikan produksi gas sebanyak 11% menjadi 171 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan produksi 2019 yakni 154 MMSCFD. Adapun untuk rata-rata harga gas di 2020 tercatat lebih rendah 18% atau berada di kisaran US$ 5,38 per mcf. Sedangkan di 2019, harga gas rata-rata berada di level US$ 6,53 per mcf. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari