KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hal ini dilakukan seiring dengan upaya transformasi perusahaan untuk tidak selalu mengandalkan penjualan batubara. Dalam membangun bisnis berbasis energi bersih ini rencananya PTBA juga akan menggandeng pihak asing. Arviyan Arifin, Direktur Utama PTBA mengatakan, perusahaannya saat ini sedang menjajaki pihak asing yang bisa bekerja sama untuk penyediaan teknologi panel tenaga surya. Instrumen panel ini menjadi item yang penting dalam bisnis pembangkit tersebut. “Masih kami jajaki, ada yang dari Jepang, Eropa, China dan bahkan Selandia Baru,” kata Arviyan di Jakarta, Kamis (19/4). Nantinya, untuk menjual listrik dari pembangkit tenaga surya tersebut PTBA memerlukan pasar. Untuk itu, saat ini PTBA tengah mengajukan izin kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk bisa mendapatkan Power Purchase Agreement (PPA). Belum ketahuan, berapa besaran biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan. “Kami juga sedang mempersiapkan teknologi. Targetnya tahun depan sudah mulai kerja,” ujarnya.
Kembangkan bisnis energi bersih, Bukit Asam jajaki kerja sama dengan investor asing
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hal ini dilakukan seiring dengan upaya transformasi perusahaan untuk tidak selalu mengandalkan penjualan batubara. Dalam membangun bisnis berbasis energi bersih ini rencananya PTBA juga akan menggandeng pihak asing. Arviyan Arifin, Direktur Utama PTBA mengatakan, perusahaannya saat ini sedang menjajaki pihak asing yang bisa bekerja sama untuk penyediaan teknologi panel tenaga surya. Instrumen panel ini menjadi item yang penting dalam bisnis pembangkit tersebut. “Masih kami jajaki, ada yang dari Jepang, Eropa, China dan bahkan Selandia Baru,” kata Arviyan di Jakarta, Kamis (19/4). Nantinya, untuk menjual listrik dari pembangkit tenaga surya tersebut PTBA memerlukan pasar. Untuk itu, saat ini PTBA tengah mengajukan izin kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk bisa mendapatkan Power Purchase Agreement (PPA). Belum ketahuan, berapa besaran biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan. “Kami juga sedang mempersiapkan teknologi. Targetnya tahun depan sudah mulai kerja,” ujarnya.