KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (
KAEF) kembali menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional guna mengembangkan dan meningkatkan potensi bisnis. Kimia Farma dan Sinopharm sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait kerja sama pengembangan Bahan Baku Obat (BBO),
Traditional Chinese Medicine (TCM), dan
Project Platform TB. Nota Kesepahaman tersebut ditandatangani oleh David Utama, Direktur Utama Kimia Farma dan Zhou Song, President Sinopharm International, serta disaksikan oleh Direktur Utama Bio Farma Group Honesti Basyir dan Chairman of Sinopharm Liu Jingzhen pada 17 Maret 2023.
Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan Covid-19. "Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Baku Obat (BBO). Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 BBO dan kita akan terus tingkatkan,” ujar David Utama, Direktur Utama KAEF dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (13/4).
Baca Juga: Menderita Kerugian Tahun Lalu, Kimia Farma (KAEF) Siap Kantongi Laba Tahun Ini Lebih lanjut David menyampaikan bahwa kesepakatan ini juga merupakan bentuk hubungan bilateral kedua negara untuk meningkatkan dan mendorong transformasi industri kesehatan. “KAEF berkomitmen untuk memberikan produk dan layanan kesehatan terbaik. Kami akan menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini untuk mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia,” tambah David. Sebagai informasi, Sinopharm adalah salah satu dari tiga besar raksasa farmasi di Asia Pasifik. Pada 2021, Sinopharm membukukan pendapatan 453,82 miliar yuan atau setara US$ 70,2 miliar. Adapun, Kimia Farma KAEF mengantongi penjualan sebesar Rp 9,60 triliun, turun 25,28% dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp 12,85 triliun. Penjualan di dalam negeri tercatat turun 25,15% secara
year-on-year (YoY) menjadi Rp 9,47 triliun, sedangkan penjualan ekspor turun 33,46% secara YoY dari Rp 200,35 miliar menjadi Rp 133,30 miliar. Meski demikian, sepanjang tahun 2022, KAEF telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41% atau Rp 189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional, yaitu optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk. Di samping itu, KAEF mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta
refinancing.
Baca Juga: Kimia Farma Bentuk Tim untuk Investigasi Penyebab Kebakaran Apotek Diponegoro KAEF juga membukukan
cashflow positif di tahun 2022. Pada akhir Desember 2022, tercatat nilai kas dan setara kas naik menjadi Rp2,15 triliun dari tahun 2021 senilai Rp748 miliar.
Hal ini didukung diperolehnya dana dari aksi korporasi
unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA). Kepercayaan investor menjadi bukti adanya prospek positif bagi KAEF dan industri kesehatan di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto