KONTAN.CO.ID - Jakarta, 27 Mei 2022. Dalam upaya memperkuat ekosistem sektor asuransi dan dana pensiun yang sehat dan berkelanjutan (
sustainable), Indonesia Financial Group (IFG) sebagai
holding BUMN Asuransi, Penjaminan dan Investasi akan menggelar IFG International Conference 2022 pada tanggal 30 dan 31 Mei 2022 dengan mengusung tema “Insurance and Pension Fund: Transiting into digital and Green Economy Ecosystem”. Acara ini merupakan The Most Progressive International Conference of Insurance and Pension Fund di Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kontribusi positif terhadap penguatan literasi di sektor asuransi dan dana pensiun bagi pelaku industri, masyarakat luas serta pemangku kepentingan terkait. Dalam sosialisasi internasional forum ini, Direktur Utama IFG, Robertus Billitea, menjelaskan bahwa IFG sebagai holding BUMN sektor asuransi, penjaminan, dan investasi dibentuk oleh pemerintah dengan tujuan untuk berperan dan berkontribusi dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan industri keuangan non-bank khususnya bidang asuransi, penjaminan, dan investasi.
“IFG berkomitmen menghadirkan perubahan di bidang keuangan khususnya asuransi, penjaminan, dan investasi yang akuntabel, prudent, dan transparan dengan landasan tata kelola yang baik dan berintegritas. Semangat kolaboratif dan sinergitas menjadi landasan IFG dalam bergerak untuk membangun ekosistem industri keuangan di Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan”, ujar Robertus. “Salah satu inisiasi IFG dalam mendukung penguatan ekosistem industri keuangan tersebut yakni melalui pembentukan IFG Progress sebagai lembaga “Think-Tank” dibawah holding IFG yang berperan menghadirkan dan memberikan pemikiran-pemikiran progresif yang dapat memberikan kontribusi salah satunya berupa policy initiatives dalam kebijakan strategis industri jasa keuangan”, tambah Robertus. Senior Executive Vice President (SEVP) IFG Progress, Reza Siregar, menambahkan sebagai lembaga “Think Tank”, IFG Progress berkomitmen untuk menghasilkan dan menyampaikan produk-produk hasil penelitian terkait dengan isu-isu strategis di industri jasa keuangan. IFG Progress dapat menjadi fasilitator forum diskusi antar pakar di industri jasa keuangan. Dalam jangka panjang, IFG Progress diharapkan juga dapat memberikan inovasi dalam memajukan industri jasa keuangan Indonesia, khususnya pada industri keuangan non-bank. “Sebagai lembaga “Think Tank”, IFG Progress berkomitmen untuk ikut berperan memperkuat literasi dan edukasi sektor keuangan dan diharapkan dapat memberikan inovasi dalam memajukan industri jasa keuangan, khususnya pada sektor asuransi dan dana pensiun,” kata Reza. Reza juga menambahkan bahwa bentuk komitmen IFG Progress untuk mewadahi kegiatan diskusi tingkat internasional dengan melibatkan stakeholders penting di industri jasa keuangan, yang sejalan dengan visi dan misi IFG Progress melalui penyelenggaraan IFG International Conference 2022. “IFG International Conference 2022 bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang berbagai tantangan dibalik rendahnya literasi tentang industri asuransi dan dana pensiun. Acara ini diharapkan menjadi tempat untuk belajar dari negara lain dalam membangun industri asuransi dan dana pensiun, membahas infrastruktur dan pengelolaan industri, mengidentifikasi tantangan yang akan datang baik itu terkait aturan maupun pengawasan pada industri ini, serta belajar dari restrukturisasi asuransi yang kini sedang dilakukan, termasuk juga pada aspek perlindungan konsumen,” tutur Reza. IFG International Conference 2022 diselenggarakan selama dua hari secara hybrid yakni online event melalui platform www.ifgconference.com dan undangan terbatas di Ballroom 3 Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta. Pada hari pertama, IFG International Conference 2022 akan membahas terkait kondisi dan
outlook makroekonomi global dan regional, yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan terkait dampak digitalisasi dan green economy yang saat ini menjadi fokus dalam strategi pengelolaan investasi. Pada hari kedua, acara akan difokuskan pada sektor asuransi dan dana pensiun, serta pembelajaran dari restrukturisasi asuransi yang sedang dilakukan, termasuk didalamnya aspek perlindungan konsumen. Sebagai keynote speakers dalam konferensi internasional ini adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri BUMN Erick Thohir. Pada hari kedua konferensi ini akan menghadirkan tiga keynote speakers yaitu Wakil Menteri BUMN II-Kartika Wirjoatmodjo, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia-Destry Damayanti dan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)-Riswinandi. Beberapa narasumber internasional dan nasional dalam konferensi antara lain Rajit Signh, Assistant Director of Monetary & Capital Market, IMF; Taimur Baig, Chief Economist/Managing Director, DBS Bank Singapore; Gita Wirjawan, Former Minister of Trade 2011 - 2014; Rahul Shah, Director of APAC Region, GSMA; dan Emma Sri Martini, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero). Kondisi Terkini Sektor Keuangan Indonesia Ibrahim Kholilul Rohman selaku Senior Research Associate IFG Progress menjelaskan bahwa, berdasarkan studi, dalam lima tahun terakhir, struktur aset keuangan Indonesia masih terkonsentrasi di sektor perbankan dengan kontribusi aset sebesar 59,5% terhadap PDB pada tahun 2020. Sementara itu, Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) yakni sektor asuransi dan dana pensiun hanya mencatatkan kontribusi aset masing-masing sebesar 8,5% dan 2,7% terhadap PDB pada tahun 2020. Mengingat kondisi tersebut, diperlukan adanya upaya penguatan sektor asuransi dan dana pensiun seiring dengan sektor tersebut merupakan salah satu investor yang cukup besar di pasar keuangan.
“Sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) khususnya sektor asuransi dan dana pensiun memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas keuangan dan mendukung perekonomian negara. Industri asuransi dan dana pensiun juga memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional dan ikut serta sebagai sumber pembiayaan domestik untuk mendukung kegiatan perekonomian” tambah Ibrahim dalam acara tersebut. Ibrahim juga menambahkan, pada negara-negara maju, meskipun sektor perbankan tetap dominan, akan tetapi aset industri keuangan non-bank juga mengalami pertumbuhan aset yang cukup pesat. Hal itu berbeda dengan struktur aset keuangan Indonesia yang masih sangat didominasi oleh sektor perbankan, sementara aset industri keuangan non-bank terpantau masih sangat terbatas. Untuk itu, Indonesia seharusnya bisa mengembangkan industri keuangan non-bank sebagai industri yang juga mampu mendukung pembangunan nasional dan perekonomian negara dan bersifat komplemen dengan industri perbankan yang saat ini sudah jauh lebih matured. Informasi lebih lanjut tentang IFG International Conference 2022 dapat diakses melalui situs
www.ifgconference.com. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini