Kemdag ancam cabut izin importir sapi nakal



JAKARTA. Untuk menjaga pasokan dan menstabilkan harga daging sapi menjelang hingga sesudah bulan Ramadhan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kemtan) dan Kementerian Perdagangan (Kemdag) bersepakat mengancam akan mencabut izin para importir yang telah mendapatkan rekomendasi impor.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, dia tidak segan-segan mencabut izin importir yang lamban melakukan pemasukan daging sapi ke Indonesia untuk keperluan domestik. Bahkan, dia juga mengancam akan mengeluarkan kebijakan baru melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) mengenai wajib lapor para distributor untuk melaporkan data stok di masing-masing gudang yang dimiliki.

Dia bilang, stok pangan termasuk daging sapi yang ada di gudang distributor tersebut merupakan stok yang setiap saat siap dilemparkan ke pasar untuk menetralisir jika ada penimbunan dan upaya-upaya spekulasi.


"Kami jamin data itu tidak ada keterkaitannya dengan penimbunan tetapi kalau mereka menyimpan atau tidak melaporkan, kami temui maka itu patut diduga melakukan penimbunan. Akan tetapi selama dilaporkan dengan baik, maka kami akan memberikan dukungan," ujarnya, Senin (27/3).

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan, pencabutan izin merupakan salah satu langkah strategis untuk mempercepat pengadaan daging dalam negeri. Bahkan importir yang izinnya dicabut juga akan di-blacklist terkait impor sapi bakalan. Kemudian, khusus untuk impor daging beku dievaluasi, bagi importir yang realisasi rendah dibawah 20% dicabut, kecuali importir pemula.

"Selain itu, bagi perusahaan yang realisasi impor yang nol langsung dicabut izinnya. Dengan upaya ini, kita pastikan stok daging sapi terus tersedia sehingga tidak terjadi gelojak kekurangan stok daging sapi," ujarnya.

Stok daging sapi saat ini yang dimiliki pemerintah mencapai 40.000 ton. Ke depan, pemerintah berharap akan menambah lagi stok tersebut sehingga mencapai 50.000 ton. Sementara kebutuhan daging sapi untuk bulan Ramadhan hanya 30.000 ton. Oleh karen itu, stok tersebut sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia