JAKARTA. Harga karet alam dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan drastis. Bila pada tahun 2011 lalu harga karet dunia mencapai US$ 4,61 per kilogram (Kg), kini harga karet tersungkur menjadi US$ 1,5 per kg. Akibatnya harga karet di tingkat petani jatuh dan kini bertahan di angka Rp 6000 per kg, dari sebelumnya sempat menyentuh Rp 20.000 per kg pada tahun 2011. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan pada tahun ini, pemerintah akan intensif mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam untuk kebutuhan di dalam negeri serta mengembangkan industri pengolahan karet alam, khususnya yang dapat mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Upaya tersebut diharapkan dapat menambah penyerapan karet alam sebesar 100.000 ton per tahun yang akan direalisasikan mulai tahun anggaran 2015. Ia menargetkan total penyerapan karet alam di dalam negeri minimal dapat mencapai 700.000 ton atau naik 100.000 ton dari penyerapan karet domestik tahun lalu sebesar 600.000 ton. Rachmat menjelaskan peningkatan pemanfaatan karet alam ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengangkat harga karet. "Pada saat ini harga karet alam sangat rendah yaitu sebesar US$ 1,5/kg. Pada tahun 2011 harga karet pernah mencapai US$ 4,61/kg,” ujar Rachmat di Gedung Kementerian Perdagangan, Kamis (9/4). Sebagai langkah awal, pemerintah menggunakan karet alam untuk mendukung proyek infrastruktur nasional. Saat ini pemerintah tengah menyiapkan program pembangunan infrastruktur nasional dengan alokasi dana APBN sekitar Rp 118 triliun pada 2015, di mana produk-produk berbasis karet alam harus menjadi salah satu produk pendukung pembangunan infrastruktur nasional tersebut. Indonesia merupakan negara pemasok karet alam terbesar ke-2 ke pasar dunia dengan total produksi karet alam sebesar 3,1 juta ton dan kontribusi devisa senilai USD 4,7 miliar pada 2014. Saat ini, pemanfaatan karet alam di dalam negeri sekitar 18% dari total produksi, antara lain untuk industri ban, sarung tangan, ban vulkanisir, dan lain-lain. Sebagian besar diekspor dalam bentuk mentah, yaitu crumb rubber (karet remah), ribbed smoked sheets (RSS), dan lateks pekat. Beberapa proyek infrastruktur yang tengah disiapkan pemerintah, berpotensi memanfaatkan produk berbasis karet alam antara lain dock fender dalam program pembangunan fasilitas pelabuhan, bahan campuran aspal jalan, rubber pads rel kereta api dan bantalan jembatan, bendung karet dan komponen water stop dalam pembangunan bendungan, serta komponen pintu irigasi dan pengembangan rawa. Selain produk yang mendukung pembangunan infrastruktur nasional, produk-produk berbasis karet alam lainnya yang dapat dikembangkan di dalam negeri yaitu karpet untuk sapi (cow mat), genteng karet, paving block, bearing bangunan antigempa, penguatan tebing, kasur lateks, dan banyak lainnya. Rachmat berharap program-program yang dijalankan pemerintah ini juga didukung oleh seluruh produsen bahan baku karet alam, termasuk Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) dan Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO). Melalui program peningkatan pemanfaatan karet alam domestik ini, diharapkan produk-produk berbasis karet alam yang dihasilkan lebih beragam. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, melainkan juga untuk meningkatkan ekspor bernilai tambah.
Kemdag janji serap karet domestik 700.000 ton
JAKARTA. Harga karet alam dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan drastis. Bila pada tahun 2011 lalu harga karet dunia mencapai US$ 4,61 per kilogram (Kg), kini harga karet tersungkur menjadi US$ 1,5 per kg. Akibatnya harga karet di tingkat petani jatuh dan kini bertahan di angka Rp 6000 per kg, dari sebelumnya sempat menyentuh Rp 20.000 per kg pada tahun 2011. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan pada tahun ini, pemerintah akan intensif mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam untuk kebutuhan di dalam negeri serta mengembangkan industri pengolahan karet alam, khususnya yang dapat mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Upaya tersebut diharapkan dapat menambah penyerapan karet alam sebesar 100.000 ton per tahun yang akan direalisasikan mulai tahun anggaran 2015. Ia menargetkan total penyerapan karet alam di dalam negeri minimal dapat mencapai 700.000 ton atau naik 100.000 ton dari penyerapan karet domestik tahun lalu sebesar 600.000 ton. Rachmat menjelaskan peningkatan pemanfaatan karet alam ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengangkat harga karet. "Pada saat ini harga karet alam sangat rendah yaitu sebesar US$ 1,5/kg. Pada tahun 2011 harga karet pernah mencapai US$ 4,61/kg,” ujar Rachmat di Gedung Kementerian Perdagangan, Kamis (9/4). Sebagai langkah awal, pemerintah menggunakan karet alam untuk mendukung proyek infrastruktur nasional. Saat ini pemerintah tengah menyiapkan program pembangunan infrastruktur nasional dengan alokasi dana APBN sekitar Rp 118 triliun pada 2015, di mana produk-produk berbasis karet alam harus menjadi salah satu produk pendukung pembangunan infrastruktur nasional tersebut. Indonesia merupakan negara pemasok karet alam terbesar ke-2 ke pasar dunia dengan total produksi karet alam sebesar 3,1 juta ton dan kontribusi devisa senilai USD 4,7 miliar pada 2014. Saat ini, pemanfaatan karet alam di dalam negeri sekitar 18% dari total produksi, antara lain untuk industri ban, sarung tangan, ban vulkanisir, dan lain-lain. Sebagian besar diekspor dalam bentuk mentah, yaitu crumb rubber (karet remah), ribbed smoked sheets (RSS), dan lateks pekat. Beberapa proyek infrastruktur yang tengah disiapkan pemerintah, berpotensi memanfaatkan produk berbasis karet alam antara lain dock fender dalam program pembangunan fasilitas pelabuhan, bahan campuran aspal jalan, rubber pads rel kereta api dan bantalan jembatan, bendung karet dan komponen water stop dalam pembangunan bendungan, serta komponen pintu irigasi dan pengembangan rawa. Selain produk yang mendukung pembangunan infrastruktur nasional, produk-produk berbasis karet alam lainnya yang dapat dikembangkan di dalam negeri yaitu karpet untuk sapi (cow mat), genteng karet, paving block, bearing bangunan antigempa, penguatan tebing, kasur lateks, dan banyak lainnya. Rachmat berharap program-program yang dijalankan pemerintah ini juga didukung oleh seluruh produsen bahan baku karet alam, termasuk Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) dan Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO). Melalui program peningkatan pemanfaatan karet alam domestik ini, diharapkan produk-produk berbasis karet alam yang dihasilkan lebih beragam. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, melainkan juga untuk meningkatkan ekspor bernilai tambah.