Kemenangan Trump di Pilpres AS Mengancam Aliran Modal ke Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 diprediksi akan berdampak negatif pada aliran modal ke Indonesia.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan sentimen risiko global akan meningkat, membuat investor enggan berinvestasi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Josua menjelaskan, kebijakan Trump yang cenderung proteksionis dapat memicu perang dagang dan perang mata uang. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi AS dan mendorong The Fed (Bank Sentral AS) untuk mempertahankan suku bunga acuannya.


Baca Juga: Cek Link Materi SKB CPNS 2024 Terbaru, Persiapan Tes SKB Tahun Ini

Selain itu, risiko pertumbuhan ekonomi China yang melambat juga menjadi faktor penghambat aliran modal. Faktor-faktor tersebut membuat investor lebih memilih aset aman seperti dolar AS, sehingga memicu arus modal keluar dari pasar negara berkembang.

"Kebijakan proteksionisme Trump akan menjadi tantangan bagi kemajuan disinflasi AS, yang dapat membatasi ruang gerak The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut," ujar Josua.

Ia juga memprediksi imbal hasil US treasury akan tetap tinggi karena agenda pemotongan pajak Trump dapat memperlebar defisit fiskal AS. Akibatnya, dolar AS kemungkinan akan menguat terhadap mata uang global lainnya.

Baca Juga: Harga Emas Bergejolak Sepanjang Pekan, Intip Harga Setelah Suku Bunga The Fed Turun

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menggunakan cadangan devisa untuk mengintervensi pasar valas dan menstabilkan rupiah, yang berpotensi mengurangi tingkat cadangan devisa.

Meskipun demikian, Josua melihat masih adanya potensi arus modal masuk ke Indonesia, didukung oleh fundamental ekonomi yang relatif kuat.

Baca Juga: Rupiah Berpeluang Menguat Pada Perdagangan Jumat (8/11), Simak Sentimen Pendorongnya

BI mencatat posisi cadangan devisa mencapai US$ 151,2 miliar pada Oktober 2024. Josua memperkirakan cadangan devisa akan berada di kisaran US$ 148 miliar hingga US$ 153 miliar pada akhir tahun 2024.

Sementara itu, Josua memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 15.600 - 16.000 per dolar AS pada akhir tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana