Kemendag dorong industri dan perdagangan pengolahan kakao dan cokelat



KONTAN.CO.ID - BALI. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mendorong industri dan perdagangan pengolahan kakao dan cokelat melalui penguatan jalinan kemitraan industri dan eksportir dengan para petani kakao untuk memperkuat pasokan, serta yang tidak kalah penting yaitu meningkatkan produksi kakao yang berkelanjutan (sustainable) dan ramah lingkungan.

Kemitraan tersebut dapat memperkuat industri pengolahan kakao dan cokelat serta mendorong ekspor produk kakao olahan ke pasar global. Pernyataan itu diungkapkan Mendag saat menutup Konferensi Kakao Internasional Indonesia ke-7 (Indonesian International Cocoa Conference/IICC & Dinner) 2019 di Nusa Dua, Bali, hari ini, Jumat (15/11).

Baca Juga: Dukung peningkatkan produksi pangan, Wilmar Grup tawarkan pupuk unggulan


"Indonesia sebagai negara utama penghasil biji kakao dan produk kakao di dunia, sangat berkepentingan atas upaya bersama para pemangku kepentingan dalam merespons isu-isu terkait industri kakao, khususnya produksi kakao global yang berkelanjutan," ungkap Mendag Agus.

Salah satu cara menjaga pasokan kakao yang berkelanjutan yaitu dengan meningkatkan produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan melalui kemitraan industri pengolahan kakao dan cokelat dengan eksportir dan petani. 

"Kemitraan yang terjalin di antara industri, eksportir, dan petani dapat memperkuat industri kakao di dalam negeri dan memajukan para petani kakao sekaligus perekonomian Indonesia," ungkap Mendag Agus. 

Baca Juga: Tak pernah disambangi, pasar berjangka komoditi ingin perhatian

Menurut Mendag Agus, saat ini industri pengolahan kakao dan cokelat di Indonesia menghadapi tantangan kontinuitas pasokan bahan baku biji kakao di dalam negeri yang masih belum mencukupi kebutuhan industri pengolahan kakao dan cokelat. 

Untuk memenuhi kapasitas produksinya, industri pengolahan kakao dan cokelat masih mengimpor biji kakao dengan menggunakan berbagai fasilitas kemudahan impor. Pada 2018, impor biji kakao untuk kebutuhan bahan baku industri Indonesia mencapai 226.000 ton. 

Sedangkan pasokan dari dalam negeri hanya mencapai 32,5% dari kebutuhan industri tersebut. "Kemitraan industri dan eksportir serta petani merupakan salah satu cara menjawab tantangan itu. Para petani kakao berpeluang memberikan kontribusi yang lebih besar lagi,” tegas Mendag Agus.

Baca Juga: Sejumlah pelaku usaha perkebunan menaruh harapan pada mentan yang baru

Mendag juga menyampaikan, Indonesia kini telah bertransformasi dari negara produsen biji kakao nomor empat dunia menjadi negara industri pengolah kakao terbesar ke dua di dunia. Nilai investasi pada industri ini di tahun 2018 mencapai Rp 8,4 trilliun. 

Sementara itu, ekspor produk kakao olahan pada 2018 mencapai US$ 1,12 miliar atau sebanyak 325.186 ton. Selain itu, industri ini juga mempekerjakan lebih dari 3.000 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .