KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan bahwa kelangkaan minyak goreng (migor) masih disebabkan oleh beberapa hal, seperti
panic buying dan terkait dengan masalah distribusi. Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim mengatakan bahwa dalam catatan Kemendag migor seharusnya cukup. “Dari catatan kami di atas kertas seharusnya cukup,” katanya kepada Kontan. Menurutnya, saat ini salah satu masalah yang dihadapi adalah minyak goreng yang sesuai dengan HET yang kurang dan langka, dan pelaku usaha takut apabila harus menjual minyak goreng di atas HET, karena akan ditindak oleh penegak hukum.
Baca Juga: Berikut Temuan Ombudsman Terkait dengan Masalah Migor di Indonesia “Ini yang jadi masalah, waktu kemarin kami melakukan kunjungan, sidak bersama pak menteri di Surabaya, di gudangnya masih belum terdistribusikan itu banyak sekali,” ujarnya. Untuk mengatasi kelangkaan, Kemendag sudah melakukan
link and match antara
packer dan pemegang
domestic market obligation (DMO) kelapa sawit. Menurutnya perlu ada penyaluran dari pemegang DMO dan para pelaku
packing, karena pemegang DMO harus menyalurkan 20% dari ekspornya untuk disalurkan di dalam negeri. Selain itu, Kemendag juga menurutnya sudah melakukan pemantauan ke seluruh Indonesia untuk mengelompokkan kondisi di lapangan. “Misalkan kelompok pertama itu ada minyak goreng di ritel dengan jumlah cukup, dan harga sesuai HET, ini di beberapa daerah ada yang terjadi seperti itu. Kemudian ada juga daerah yang ada migornya, cukup, tapi harga di atas HET, termasuk di Surabaya beberapa,” ungkapnya. Kemudian, ada juga kelompok menimbun bahan baku di harga lama. Menurutnya ini juga terjadi di Surabaya, sehingga pihak Kemendag menghubungkan perusahaan tersebut dengan pemegang DMO, sehingga perusahaan
packing dapat menyalurkan minyak goreng sesuai dengan HET. “Kami hubungkan dengan pemegang DMO, jadi mereka kita
match and link-an, supaya mereka B2B, agar pemegang DMO menyalurkan migor dengan harga sesuai HET. Kalo dengan CPO Rp 9.300 kalo dengan olein Rp 10.300,” ujarnya.
Baca Juga: Satgas Pangan: Penimbun Minyak Goreng Bisa Dipidana Ketersediaan Migor Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri
Menjelang puasa ramadhan dan idul fitri, Isy optimis bahwa perhitunganya sudah sesuai dengan kebutuhan di masyarakat dan akan berjalan lancar, walaupun masih memerlukan waktu. “Mudah-mudahan kalau itung-itungan di atas kertas, perusahaan dan ekspornya berjalan, kemudian mereka ada PE, kemudian mereka segera menyalurkan DMO nya dengan DPO sesuai dengan HET, saya kira akan berjalan lancar dan memang perlu waktu. Kami sih cukup optimis, tapi kembali perlu juga masyarakat bijak dalam membeli belanja minyak goreng sesuai dengan kebutuhan,” katanya. Ia juga mengakui bahwa kebutuhan dan ketersediaan di setiap daerah berbeda, tidak merata. “Hanya saya agak terkjut di Surabaya, karena seharusnya sebagai sentralnya, ternyata malah mereka harga minyak goreng curah lebih tinggi, sementara premium, tersedia, cukup harga sesuai HET,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .