KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan stok kedelai nasional akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua bulan ke depan. Seperti diketahui, total stok yang dimiliki Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) tercatat sebesar 300.000 ton. Jumlah ini berasal dari stok awal Februari yang sebesar 160.000 ton, ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebanyak 140.000 ton. “Pasokan kedelai diperkirakan cukup untuk memenuhi dua bulan ke depan,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2).
Oke meminta importir kedelai untuk tetap menjaga pasokan kedelai meski harga nya tengah tinggi di tingkat global. Dia menyebut, naiknya harga kedelai karena terjadinya penurunan produksi kedelai di negara penghasil kedelai seperti Brasil.
Baca Juga: Teten Masduki: Kacang Koro Pedang Jadi Alternatif Atasi Ketergantungan Impor Kedelai Di mana, produksi kedelai di Brasil diproyeksi turun dari 140 juta ton menjadi 120 juta ton, per 10 Februari 2022. “Penurunan produksi kedelai dunia ini berdampak pada kenaikan harga kedelai,” lanjut Oke. Selain itu, kenaikan harga juga terjadi karena lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, inflasi AS pada bulan Januari 2022 tembus 7,5% yoy, yang akhirnya berdampak pada harga produksi kedelai. “Terjadi
shortage tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan serta ketidakpastian cuaca di negara produsen yang mengakibatkan petani kedelai di AS menaikkan harga,” ujar Oke. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai US$ 15,77 per bushels atau sekitar Rp 11.240 per kilogram. Kemendag memprediksi harga terus naik hingga Mei yang mencapai US$ 15,79 USD per bushels. “Selanjutnya baru akan turun bulan Juli perkiraannya di US$ 15,74 per bushels di tingkat importirnya,” ucap Oke. Dia menambahkan, harga jual tempe di tingkat konsumen akan naik Rp 300 menjadi Rp 10.600 per kilogram dan harga tahu akan naik Rp 50 menjadi Rp 700 per potong, jika harga kedelai mencapai Rp 12.000 per kilogram. “Pemerintah berharap masyarakat dapat memaklumi dan menerima kenaikan harga tempe dan tahu guna menjaga keberlangsungan usaha perajin tempe dan tahu serta pelaku usaha kedelai lainnya. Mari bersama saling bahu membahu dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional, terutama pada saat pandemi Covid-19 saat ini,” tegas Oke.
Baca Juga: Austindo Targetkan Pertumbuhan 15% Produksi dan Penjualan CPO Tahun Ini Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengungkapkan, saat ini ada sekitar 30.000 pengrajin tahu – tempe yang berhenti produksi karena kenaikan harga kedelai. “Harga kedelai saat ini yang dipasok importir itu antara Rp 10.500 – Rp 11.500 per kilogram dalam tempo satu bulan ini,” ucap Aip. Sebab itu, Gakoptindo meminta agar harga kedelai dapat stabil setidaknya dalam kurun waktu 1 bulan dari waktu ideal 3 bulan. Misalnya harga ditetapkan Rp 10.650 per Kilogram berlaku untuk satu bulan dan dapat dievaluasi lagi pada bulan berikutnya. “Jadi jangan range, kalau range harga itu berat karena bayangkan kedelainya harga nya sekian, dijual nya juga lebih kurang cuma beda nya Rp 500. Padahal belum minyak, tenaga, biaya produksi dan lainnya,” ujar Aip.
Baca Juga: Sesuai Prediksi, Harga Kedelai Terus Bergerak Naik di Awal Tahun Ini Aip mengatakan, dibutuhkan 3 juta ton kedelai setiap tahunnya untuk memproduksi kebutuhan tempe – tahu nasional. Dari jumlah tersebut, dibutuhkan sekitar 1 juta ton untuk membuat tahu dan dibutuhkan sekitar 2 juta ton untuk membuat tempe.
”Kondisi saat ini kedelai, kami butuh satu tahun lebih kurang 3 juta ton kedelai, dari 3 juta ton, 80% lebih impor, produksi lokal hanya 10% lebih,” terang Aip. Sementara itu, Sekjen Akindo Hidayatullah Suralaga menjamin, Akindo yang merupakan para importir kedelai untuk memasok kedelai yang dibutuhkan bagi pengrajin tahu – tempe. “Kami siap untuk memasok kedelai sejumlah yang dibutuhkan oleh para pengrajin dan kalau mengenai harga pak Dirjen (Perdagangan Dalam Negeri) sudah menyampaikan bahwa memang harga kedelai nya mengalami fluktuasi naik turun yang barangkali tidak bisa kita prediksi, jadi kami nanti akan menyesuaikan saja dengan perkembangan harga kedelai dunia,” pungkas Hidayatullah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari