JAKARTA. Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor batik untuk periode 2012-2015 tumbuh sebesar 10%. Dengan demikian, rata-rata ekspor batik setiap tahunnya tumbuh sekitar 3%.Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pada 2008 sebesar 19,34% dengan nilai US$ 93,09 juta, prediksi pertumbuhan ekspor pada 2012 memang terbilang rendah. Namun, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu beralasan, rendahnya target itu sebagai imbas pertumbuhan ekspor yang negatif selama periode 2009-2011."Tahun ini pasar utama masih dilanda kelesuan. Mulai tahun depan baru bisa tumbuh positif," ucapnya, pada jumpa pers, Rabu (28/9).Pertumbuhan yang positif diperkirakan akan berlanjut untuk periode 2016-2020 sebesar 15% hingga berlanjut pada 2021-2025 sebesar 20%. Pasar batik masih mengandalkan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang sebagai pasar ekspor.Berdasarkan Kementerian Perdagangan, Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor terbesar dengan pangsa pasar 35,63% senilai US$ 24,668 juta pada 2010. Peringkat kedua dipegang Belgia dengan pangsa pasar 15,21% sebesar US$ 10,534 juta, diikuti Jepang dengan pangsa pasar 10,90% senilai US$ 7,547 juta, Jerman dengan pangsa pasar 8,12% senilai US$ 5,626 juta, dan Swedia dengan pangsa pasar 4,36% dengan nilai ekspor mencapai US$ 3,019 juta.Meski pasar ekspor diprediksi masih tumbuh negatif pada 2011, Mari mengatakan, pasar domestik justru tumbuh melesat. Dia memprediksi pasar domestik untuk produk batik akan tumbuh 11,2% hingga akhir tahun. Peningkatan akan berlanjut pada 2012-2015 yang tumbuh sebesar 15%, 2016-2020 sebesar 16,5%, serta periode 2021-2025 sebesar 18,5%."Pasar dalam negeri terus bergairah sehingga ekspor diperkirakan bisa terus naik. Hanya, target ini harus dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pekerja," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kemendag targetkan ekspor batik pada 2012-2015 akan tumbuh 10%
JAKARTA. Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor batik untuk periode 2012-2015 tumbuh sebesar 10%. Dengan demikian, rata-rata ekspor batik setiap tahunnya tumbuh sekitar 3%.Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pada 2008 sebesar 19,34% dengan nilai US$ 93,09 juta, prediksi pertumbuhan ekspor pada 2012 memang terbilang rendah. Namun, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu beralasan, rendahnya target itu sebagai imbas pertumbuhan ekspor yang negatif selama periode 2009-2011."Tahun ini pasar utama masih dilanda kelesuan. Mulai tahun depan baru bisa tumbuh positif," ucapnya, pada jumpa pers, Rabu (28/9).Pertumbuhan yang positif diperkirakan akan berlanjut untuk periode 2016-2020 sebesar 15% hingga berlanjut pada 2021-2025 sebesar 20%. Pasar batik masih mengandalkan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang sebagai pasar ekspor.Berdasarkan Kementerian Perdagangan, Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor terbesar dengan pangsa pasar 35,63% senilai US$ 24,668 juta pada 2010. Peringkat kedua dipegang Belgia dengan pangsa pasar 15,21% sebesar US$ 10,534 juta, diikuti Jepang dengan pangsa pasar 10,90% senilai US$ 7,547 juta, Jerman dengan pangsa pasar 8,12% senilai US$ 5,626 juta, dan Swedia dengan pangsa pasar 4,36% dengan nilai ekspor mencapai US$ 3,019 juta.Meski pasar ekspor diprediksi masih tumbuh negatif pada 2011, Mari mengatakan, pasar domestik justru tumbuh melesat. Dia memprediksi pasar domestik untuk produk batik akan tumbuh 11,2% hingga akhir tahun. Peningkatan akan berlanjut pada 2012-2015 yang tumbuh sebesar 15%, 2016-2020 sebesar 16,5%, serta periode 2021-2025 sebesar 18,5%."Pasar dalam negeri terus bergairah sehingga ekspor diperkirakan bisa terus naik. Hanya, target ini harus dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pekerja," tuturnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News