Kemendag Targetkan Surplus Perdagangan RI Capai US$ 53,4 Miliar pada Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - SEMARANG. Kementerian Perdagangan (Keemndag) menargetkan surplus perdagangan bisa mencapai US$ 31,6 miliar-US$ 53,4 miliar pada tahun ini. 

Wakil Menteri Kemendag, Jerry Sambuaga mengatakan alasan pihaknya mematok target tersebut lantaran berpacu pada realisasi surplus perdagangan tahun 2023 yang tidak sampai US$ 40 miliar atau tepatnya sebesar US$ 36,93 miliar. 

"Jadi saya pikir ini sangat rasional kita mematok angka tersebut dengan asumsi kita mencapai angka lebih tinggi dari tahun lalu," jelas Jerry dalam Raker Kemendag 2024 di Semarang, Rabu (21/2). 


Jerry optimis target tersebut dapat dicapai, terlebih pemerintah saat ini tengah menggenjot hilirisasi komoditas. Harapanya, ke depan nilai ekspor dapat meningkat dari nilai tambah kebijakan hilirisasi. 

Baca Juga: 9 Pengusaha di KEK Kendal Sudah Manfaatkan Tax Holiday, Ini Daftarnya

"Target ekspor kita kan kurang lebih US$ 260 miliar per tahun, saya yakin itu bisa meningkat (tahun ini) berkali lipat karena kita sekarang kirim produk yang di olah dari hilirisasi," jelas Jerry

"Itu saja sudah otomatis memastikan nilai kita akan lebih tinggi dan semakin berkontribusi terhadap neraca dagang yang surplus," tambahnya.

Diketahui, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 36,93 miliar selama tahun 2023. 

Surplus ini didukung dengan kenaikan volume ekspor yang tumbuh 8,55% YoY dengan nilai mencapai US$ 258,82 miliar, sedikit di bawah capaian ekspor tahun 2022 sebesar US$ 291,90 miliar. 

Sepanjang 2023, ekspor Indonesia masih terkonsentrasi di negara Tiongkok dengan share 25,66%, Amerika Serikat dengan kontribusi 9,57%, dan India dengan share 8,35%. Sementara itu, ekspor Indonesia menuju ASEAN dan Uni Eropa masing – masing memiliki porsi 18,35% dan 6,78% terhadap total ekspor Indonesia di tahun 2023. 

Baca Juga: Ada Resesi, Ekonom Sarankan Pemerintah Tunda Penerbitan Global Bond

Di sisi lain, impor Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai US$ 221,89 miliar, turun sekitar 6,55% YoY dibandingkan tahun 2022.

Penyumbang perlambatan impor terbesar yaitu mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya, sementara mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya menyumbang kenaikan impor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi