KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terus berupaya menurunkan emisi dan polusi yang ditimbulkan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Salah satunya adalah dengan menetapkan quick win pengembangan rute angkutan umum berbasis jalan khususnya JRC, feeder LRT Jabodebek dan Transjabodetabek serta mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan berbasis listrik dalam penyediaannya. Plt. Sekretaris BPTJ Hananto Prakoso mengatakan, potensi market angkutan umum sangat besar dengan adanya lebih dari 75 juta pergerakan di Jabodetabek. Sedangkan capaian modal share pada tahun 2023 baru mencapai 20% dari 60% total pergerakan di Jabodetabek.
"Kami telah mengidentifikasi, angkutan umum massal saat ini hanya berpotensi melayani 7,97 juta atau 25,18% penduduk Jabodetabek jika dihitung 500 meter dari titik simpul," ujar Hananto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/5). Baca Juga:
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas dari 34 Jadi 17, Cek Daftarnya Di wilayah Jakarta, potensi untuk melayani angkutan umum massal mencapai 7,3 juta jiwa atau lebih dari 65% penduduk Jakarta. “Sementara untuk wilayah Bodetabek cakupannya kurang dari 5% atau hanya 656.000 jiwa saja”, tambah Hananto. Layanan bus listrik ini tentunya perlu dikembangkan dan diperluas cakupannya untuk menunjang mobilitas dari wilayah Bodetabek menuju kota Jakarta dan sebaliknya. Untuk mendorong program akselerasi tersebut, kata Hananto, BPTJ secara bertahap membangun kolaborasi, komitmen, dan komunikasi dalam menyiapkan angkutan umum berbasis listrik yang nyaman, berkelanjutan baik dengan pihak perbankan, developer, serta Kementerian/Lembaga terkait Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi menyampaikan sektor transportasi berperan penting dalam menghemat energi selain sektor industri dan rumah tangga. Menurutnya, elektrifikasi kendaraan menjadi pendukung pengembangan reduksi emisi. Sebagai gambaran sektor transportasi pada tahun 2022 memiliki konsumsi 429 MBOE. "Terdapat potensi penghematan energi 15-35% dengan strategi implementasi pada angkutan umum (BRT/ MRT/ LRT) dengan melakukan fuel switching dari BBM/fuel ke gas, hidrogen, serta listrik." ujar Hendra. Ekosistem angkutan umum berbasis listrik di wilayah Jabodetabek sebenarnya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Mayasari Bakti misalnya telah mengoperasikan armada bus listrik sejak tahun 2022 dan kini telah memiliki 52 unit armada bus listrik serta 15 unit charging station. Sinarmas Land, salah satu developer pemukiman di Jabodetabek juga telah mengoperasikan satu unit bus listrik BSD Link di sekitar kawasan BSD City untuk mendukung pengurangan penggunaan kendaraan pribadi di wilayah BSD.
Baca Juga: Periode Mudik-Balik 2024, Pergerakan Capai 242 Juta Orang Menurut Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani, potensi pembiayaan perbankan untuk pengadaan armada angkutan umum berbasis listrik cukup potensial. “Investasi sektor transportasi memiliki potensi yang besar dan dapat mencapai 8 triliun. Kredit perbankan nasional untuk sektor angkutan jalan tumbuh tinggi pada 2023," kata Dendi. Namun, lanjut Dendi, tetap perlu diingat risiko perubahan kebijakan, resiko industri, risiko perubahan teknologi, dan risiko operasional dapat menjadi faktor penghambat pembiayaan perbankan untuk armada angkutan umum berbasis energi listrik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari