KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) melakukan inisiasi bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pengadaan masker yang diproduksi oleh UMKM. Upaya tersebut merupakan langkah sinergi pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19. Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, menuturkan, Kemenkes sendiri telah melakukan pemesanan masker sebanyak 27,27 juta buah. Total pesanan tersebut senilai Rp 150 miliar. Masker buatan UMKM yang dipesan Kemenkes akan didistribusikan ke-34 propinsi di seluruh Indonesia. Teten mengungkap dalam pengerjaan masker pesanan Kemenkes, terdapat sembilan agregator UMKM yang berperan melakukan quality control dan pembinaan dari pelaku UMKM.
"Kita perlu menggunakan agregator karena UMKM kan biasanya kecil-kecil produknya jadi supaya memudahkan pengadaan dan ini mendorong nanti usaha-usaha kecil ini tidak lagi berdiri sendiri perorangan tapi bisa membangun usaha kolektif dalam skala bisnis. Agregator juga diharapkan bisa jadi katalis offtaker sekaligus untuk produk UMKM," jelas Teten dalam Konferensi Pers Virtual Sinergi Pengadaan Masker pada Selasa (20/10).
Baca Juga: Berdayakan Buruh Terdampak Pandemi, UMKM Binaan Pertamina Ekspansi Produk Bayi ke APD Dari sembilan agregator tersebut sudah mengejarkan 50% pesanan masker dari Kemenkes. Masker yang dibuat para UMKM inipun sudah sesuai dengan standar yang diterapkan oleh World Health Organization (WHO). Adapun kesembilan agregator lainnya yang ikut mengerjakan pesana masker tersebut ialah, PT. Inspirasi Sinergi Nusantara (Karya Nusantara), PT. Mardohar Catur Tunggal Gaya, PT. Gendhis Mitra Kinarya, PT. Eco Fesyen Indonesia, PT. Moratas Guna Abadi, PT. Sakura Naguri Graphic, PT. Putra Pratama Satria, CV. Kyrs, dan CV. Alphie. Lebih membanggakan lagi disebut Teten ialah, dari keseluruhan produk masker yang dibuat juga melibatkan kawan-kawan disabilitas. Dua agregator tersebut ialah PT. Inspirasi Sinergi Nusantara melibatkan 12 orang tuna rungu di Jawa Timur dan 10 orang tuna daksa di Bekasi, dan PT. Eco Fesyen Indonesia melibatkan 20 orang tuna daksa di DI Yogyakarta yang sebagian besar merupakan para atlet paralimpic. Sebagai implementasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan upaya mengangkat kain tradisional Indonesia, PT. Eco Fesyen Indonesia dipaparkan Teten, juga memproduksi masker berbahan dasar batik dan tenun sebanyak 1.270.905 buah yang melibatkan para pengrajin batik dan tenun di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Baca Juga: Masker scuba dilarang, masker kain jadi penopang bisnis masker Kolaborasi antara desainer dan UMKM diharapkan mampu meningkatkan daya saing produksi UMKM. Selain membuat UMKM naik kelas, kolaborasi dengan desainer juga dinilai Teten akan meningkatkan kebanggaan masyarakat menggunakan masker berbahan kain tradisional.
"Karena brand fashion internasional seperti Dior sudah menggunakan kain tenun dalam rancangannya," jelas Teten. Achmad Yurianto, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menyebut bahwa produk masker buatan UMKM selain sudah sesuai standar juga nyaman saat digunakan. Ke depan kebutuhan akan masker masih akan tinggi, oleh karenanya diharapkan kolaborasi dapat terus terjalin. "Kami lebih nyaman dengan teman-teman sekalian dibanding dengan industri besar dengan industri besar kadang-kadang karena tidak memperhatikan desain tidak memperhatikan kenyamanan, kadang-kadang yang penting masalah jumlahnya banyak tetapi tidak ada sentuhan kenyamanan. Ini yang menjadi penting dan inilah yang kemudian kami berharap bisa pertahankan," ujar Yuri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli