Kemenkeu akui pasar keuangan di Indonesia masih terbilang dangkal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, pemerintah resmi meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel yakni Obligasi Negara Ritel seri ORI018. Sehingga, masyarakat atau investor sudah bisa memesannya mulai hari ini (1/10). 

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Luky Alfirman mengatakan, peluncuran obligasi negara lewat seri ORI018 ini menjadi salah satu instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

“Tak hanya itu, penerbitan seri ORI018 ini juga akan digunakan sebagai sumber pembiayaan defisit APBN di tahun 2020 yang diperkirakan mencapai 6,34%,” kata Luky dalam konferensi secara daring, Kamis (1/10). 


Baca Juga: Resmi diluncurkan pemerintah, ORI018 sudah bisa dibeli mulai hari ini!

Lewat instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah ini, Kemenkeu juga menyadari bahwa pasar keuangan di Indonesia masih relatif dangkal. Sehingga dana yang tersedia untuk menggerakkan perekonomian dalam bentuk instrumen investasi juga masih relatif terbatas. 

“Kita juga menyadari bahwa di Indonesia ini pasar keuangannya masih relatif dangkal kita sebutnya. Belum cukup dalam. Sehingga dana yang tersedia untuk menggerakkan ekonomi kita juga terbatas,” tandasnya. 

Untuk itu, Kemenkeu bersama-sama dengan lembaga keuangan lainnya berupaya untuk memperluas pasar keuangan di Indonesia. Salah satunya yakni lewat penerbitan SBN Ritel seri ORI018 yang hari ini resmi diluncurkan. 

Adapun, di masa pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah terus memberikan kemudahan bagi masyarakat maupun investor untuk lebih banyak lagi melakukan investasi. Sehingga, lewat seri ORI018 ini juga dapat diperdagangkan lagi. 

Baca Juga: Berikut cara investasi ORI 018, cuma butuh empat langkah

“Jadi mungkin dalam situasi saat ini kita tidak banyak melakukan aktifitas, sehingga kalau investor menaruhkan uangnya di ORI018 ini ketika membutuhkan uangnya maka bisa diperjualbelikan. Sehingga berinvestasi di ORI018 adalah pilihan yang sangat tepat di tengah pandemi,” tutup Luky. 

Selanjutnya: Bersiap resesi, perhatikan tiga indikator ini sebelum berinvestasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi