KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan sudah menentukan outlook asumsi dasar ekonomi makro tahun 2023. Di antaranya, outlook pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan di kisaran 5% hingga 5,3%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini didukung oleh permintaan permintraan, konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih terjaga. Kemudian, outlook inflasi di akhir tahun diperkirakan akan ada di kisaran 3,3% hingga 3,7%. Menurutnya laju inflasi tahun ini akan tertap terjaga dengan terkendalinya inflasi pangan dan
administered price. Baca Juga: BI Catat Keyakinan Konsumen Menurun pada Bulan Lalu Akan tetapi batas atas perkiraan inflasi tersebut masih lebih tinggi dari target dalam APBN yakni sebesar 3,6%. Outlook suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 Tahun diperkirakan akan ada di kisaran 6,6% hingga 6,9%, lebih rendah dari target yang ada dalam APBN 2023 yakni sebesar 7,9%. Tren menurunya SUN 10 tahun ini dipengaruhi oleh inflasi yang terkendali, membaiknya investor dan upaya pemerintah dalam mengendalikan suplai SBN. Outlook nilai tukar rupiah pada akhir tahun diperkirakan akan ada di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 15.250, mengalami pelemahan dari perkiraan awal dalam APBN 2023 yang sebesar Rp 14.800. “Nilai tukar rupiah mengalami tekanan di tengah pengetatan kebijakan moneter global,” tutur Sri Mulyani dalam rapat bersama Banggar DPR RI, Senin (10/7). Selanjutnya, outlook harga minyak mentah Indonesia diperkirakan akan di kisaran US$ 75 per barel hingga US$ 80 per barel di akhir tahun, lebih rendah dari target dalam APBN yang sebesar US$ 90 miliar. Menurut Sri Mulyani, harga minyak mentah Indonesia tahun ini dipengaruhi oleh pemotongan produksi oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC+) dan pelemahan permintaan minyak global.
Baca Juga: Ada Momentum Perbaikan, Komisaris Utama BNI: Perlu Dimanfaatkan ”Harga minyak meskipun OPEC sudah mengurangi jumlah produksi, menggambarkan permintaan terhadap minyak mentah menurun karena adanya pelemahan ekonomi global, dan ini yang harus diwaspadai,” jelasnya.
Lebih lanjut, outlook lifting minyak diperkirakan akan di kisaran 610.000 bph hingga 640.000 bph, lebih rendah dari target dalam APBN 2023 yang sebesar 660.000 bph. Lalu untuk outlook lifting gas diperkirakan akan di kisaran 950 ribu barel setara minyak per hari (bsmph) hingga 1.100.000 bsmbph. “Lifting Migas diperkirakan di bawah target karena faktor teknis dan kapasitas produksi,” imbuh Sri Mulyani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi