Kemenkeu: Uang kita habis untuk subsidi BBM



JAKARTA. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengatakan, tantangan ekonomi Indonesia sangat berkaitan erat dengan ketahanan energi.

Pasalnya, di tengah penurunan produksi minyak mentah setiap tahun, kebutuhan akan energi semakin banyak. Sementara itu, saat ini nilai tukar rupiah semakin tertekan. Impor minyak pun semakin menguras cadangan devisa. "Uang kita habis untuk BBM (bahan bakar minyak) subsidi. Harus ada effort yang sistematis," kata Askolani, di Jakarta, Kamis (13/2/2014). Dalam Diskusi Panel Enhanced Oil Recovery (EOR) III tersebut, Askolani mengatakan, konsumsi BBM bersubsidi semakin membengkak. Tahun ini diperkirakan kebutuhannya mencapai 49 juta kiloliter. Negara pun harus merogoh kocek Rp 350 triliun. Di sisi lain, produksinya terus turun, dari sekitar 860.000 barrel per hari (bph) pada 2013, menjadi 804 ribu bph. Menurut Askolani, missmatch antara produksi dan kebutuhan energi ini dapat mengganggu keseimbangan anggaran di pemerintah. "Bayangkan tidak ada minyak lagi, padahal konsumsi terus meningkat. Kita bukannya dapat uang, tapi ganggu cadangan devisa 100 miliar dollar AS," terang Askolani. "Melihatnya bukan saat ini saja, tapi 20-30 tahun ke depan bagaimana ketahanan energi ini? Harus melihat makro. EOR ini harus untuk nahan supaya tidak jadi masalah," katanya. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan