Kemenko Marves Ungkap Potensi Investasi Baterai Berbasis Nikel Capai US$ 25 Miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkap potensi investasi dalam ekosistem baterai berbasis nikel dalam lima tahun ke depan bisa mencapai US$ 20 hingga US$ 25 miliar atau setara Rp 312 triliun hingga Rp 390 triliun (dengan kurs US$ 1 setara Rp 15.644,05).

"Untuk nikel buat baterai ini room-nya masih ada, kita lihat mungkin sekitar estimasi kami US$ 20 miliar sampai US$ 25 miliar lagi investasi yang masuk dalam 5 tahun ke depan," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto dalam forum diskusi di Jakarta, Rabu (9/10). 

Septo menambahkan, investasi tersebut ditanamkan dari konsorsium perusahaan Indonesia, China dan Eropa.


Di bagian hulu produksi nikel, Seto mengatakan investasi sudah cukup besar, terutama di sektor produksi stanless steel.

"Sekarang, investasi di sektor hulunya sudah cukup besar, jadi tidak mungkin ditambah lagi. Jadi kita tidak akan melihat inflow investasi yang masuk ke sektor nikel ini terutama di sektor stainless steel seperti yang kita lihat dalam 5 tahun terakhir," ungkapnya.

Baca Juga: Bahan Baku Smelter Kurang, Pemerintah Harus Hitung Kesanggupan Pasokan Bijih ke Depan

Adapun saat ini menurutnya Indonesia telah melewati fase pertama dan kedua dalam pengembangan ekosistem nikel.

"Yang sekarang ini mungkin baru tahap satu dan tahap dua. Kita berubah nikel ore menjadi Nickel Pig Iron (NPI) itu adalah turunan pertama. Tahap duanya kita juga udah bikin stainless steel," katanya.

Untuk meningkatkan nilai tambah, hilirisasi nikel sangat dibutuhkan khususnya dalam peningkatan fasilitas mindstream dan high tech downstream.

"Jadi saat ini hilirisasi kita sudah bicara ekosistem, bukan komoditas by komoditas," katanya.

Selain baterai mobil listrik yang didapat dari proses hilirisasi nikel. Seto juga bilang saat ini pemerintah juga tengah menggenjot produksi baterai mobil berbasis lithium atau baterai LFP (Lithium Ferro Phosphate).

"Yang kita mau apa? Ekosistem baterai lithium dan mobil listrik, gitu ya. Jadi lithium hydroxide itu kita under construction ya. Itu untuk lithium refinery, anoda material ini udah ada. Terus katoda-nya untuk LFP kita juga sudah ada," jelasnya.

Ekosistem ini ungkapnya didukung oleh telah berdirinya pabrik anoda baterai lithium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dengan kapasitas 80 ribu ton per tahun.

Baca Juga: Empat Aksi Terbaru Harum Energy (HRUM) Lanjutkan Ekspansi di Bisnis Nikel

"Itu terbesar nomor dua di dunia. Jepang aja mungkin kira-kira cuma punya 10 ribu (ton per tahun), Korea cuma punya 40 ribu (ton per tahun). Kita punya 80 ribu, awal tahun depan akan jadi 160 ribu (ton per tahun," katanya.

Adapun, melalui program hilirisasi mineral termasuk nikel, Seto mengatakan pihaknya mencatat sektor ini telah menyerap lebih dari 200 ribu pekerja.

"Itungan kita sudah di atas 200 ribuan orang, ini yang direct-ya, kalau kita indirect, ada suplayer-nya, UMKM dan sebagainya, lebih besar lagi," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari