Kemenko PMK Dorong Pemuda Berdiskusi Tingkatkan Toleransi



Yogyakarta, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Kemenko PMK), Yohan, mendorong pembentukan forum diskusi di antara para pemuda dan pelajar dalam Seminar bertemakan "Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society" dalam rangkaian kegiatan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018, di Universitas Gadjah Mada  (UGM) Yogyakarta. Yohan menyampaikan pentingnya forum diskusi, seperti seminar dalam AYIC 2018 ini, terutama di kalangan para pemuda. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk perkenalan keberagaman, baik agama maupun budaya dengan saling bertukar pikiran atau diskusi. Diharapkan para pemuda dapat saling memahami perspektif satu sama lain serta meningkatkan toleransi dan rasa saling menghargai.

“Keberagaman budaya, agama, pariwisata dan lain sebagainya dapat mempersatukan rasa keharmonisan, toleransi dan saling menghargai meskipun berbeda agama dan budaya,” ujar Yohan. Untuk itu tujuan diadakan program ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada Negara-negara ASEAN bahwa Indonesia itu sebagai Negara yang penuh dengan keberagaman agama, budaya dan pariwisata, tetapi tetap bisa bersatu. Seminar "Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society" merupakan bagian dari rangkaian kegiatan AYIC 2018. Sebelumnya pada tanggal 30 Oktober 2018, kegiatan telah didahului dengan kunjungan dan diskusi dengan pemuka agama di berbagai tempat ibadah bersejarah di Yogyakarta, seperti Candi Borobudur yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia sekaligus monumen Budha terbesar di dunia; Candi Mendut dan Vihara Buddha Mendhut; serta Candi Prambanan. Kunjungan dan diskusi dilanjutkan pada tanggal 31 Oktober 2018 ke Masjid Besar Kota Gede dan Gereja Ganjuran di Yogyakarta.

AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh Kemenko PMK, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Agama sebagai bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh Para Pemimpin Negara ASEAN dalam KTT Ke-31 ASEAN di Manila tahun 2017.  Rangkaian acara ini telah diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI pada tanggal 29 Oktober 2018. Tahun lalu, Wakil Presiden RI juga hadir untuk membuka AYIC yang  diselenggarakan di UNIPDU Jombang pada bulan Oktober 2017.


Seminar ini terselenggara berkat kerjasama Kemenko PMK bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, dan ICRS UGM untuk membahas keharmonisan dan toleransi  antar umat beragama. Seminar ini dihadiri oleh 22 peserta AYIC 2018 serta ratusan mahasiswa dari UGM , Universitas Islam Nasional, Universitas Kristen Duta Wacana, dan berbagai universitas lain di Yogyakarta. Para peserta berasal dari agama Islam, Budha, Hindu, Protestan, Katolik, Methodist dan Taoisme. Turut hadir dalam acara ini Kepala Biro Perencanaan Kemenko PMK, Yohan; Direktur ICRS, Siti Syamsiatun; Dirjen Kerjasama ASEAN, Jose Tavares; Dirjen Kerjasama Sosial Budaya, Riaz Saehu; dan Wakil Dekan Pengelola Program Pasca Sarjana UGM, Hilda Ismail.Yogyakarta (31/10)- Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Kemenko PMK), Yohan, mendorong pembentukan forum diskusi di antara para pemuda dan pelajar dalam Seminar bertemakan "Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society" dalam rangkaian kegiatan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018, di Universitas Gadjah Mada  (UGM) Yogyakarta. Yohan menyampaikan pentingnya forum diskusi, seperti seminar dalam AYIC 2018 ini, terutama di kalangan para pemuda. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk perkenalan keberagaman, baik agama maupun budaya dengan saling bertukar pikiran atau diskusi. Diharapkan para pemuda dapat saling memahami perspektif satu sama lain serta meningkatkan toleransi dan rasa saling menghargai.

“Keberagaman budaya, agama, pariwisata dan lain sebagainya dapat mempersatukan rasa keharmonisan, toleransi dan saling menghargai meskipun berbeda agama dan budaya,” ujar Yohan. Untuk itu tujuan diadakan program ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada Negara-negara ASEAN bahwa Indonesia itu sebagai Negara yang penuh dengan keberagaman agama, budaya dan pariwisata, tetapi tetap bisa bersatu. Seminar "Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society" merupakan bagian dari rangkaian kegiatan AYIC 2018. Sebelumnya pada tanggal 30 Oktober 2018, kegiatan telah didahului dengan kunjungan dan diskusi dengan pemuka agama di berbagai tempat ibadah bersejarah di Yogyakarta, seperti Candi Borobudur yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia sekaligus monumen Budha terbesar di dunia; Candi Mendut dan Vihara Buddha Mendhut; serta Candi Prambanan. Kunjungan dan diskusi dilanjutkan pada tanggal 31 Oktober 2018 ke Masjid Besar Kota Gede dan Gereja Ganjuran di Yogyakarta.

AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh Kemenko PMK, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Agama sebagai bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh Para Pemimpin Negara ASEAN dalam KTT Ke-31 ASEAN di Manila tahun 2017.  Rangkaian acara ini telah diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI pada tanggal 29 Oktober 2018. Tahun lalu, Wakil Presiden RI juga hadir untuk membuka AYIC yang  diselenggarakan di UNIPDU Jombang pada bulan Oktober 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: cecilia valencia