KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan akan mulai melirik
business traveler. Hal ini dilakukan untuk mengejar salah satu target yang ditetapkan Kemenpar, seperti mendorong lama tinggal (length of stay) wisatawan asing di Indonesia. "Kita sedang mengejar business traveler. Jadi, semua meeting-meeting akan dikawinkan dengan paket leisure, misalnya meeting di Medan, leisure ke Aceh atau ke Padang," ujar Asisten Deputi Investasi Pariwisata Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Hengky Manurung, Kamis (16/1).
Baca Juga: Hadir di Jakarta, Bobobox siap ekspansi ke kota besar lainnya Tahun ini, Kemenpar menargetkan, dari target wisatawan asing sebanyak 17 juta, ada sekitar 25% hingga 30% yang merupakan business traveler. "Jadi kalau 17 juta wisman, sekitar 5 juta adalah busines traveler," tambah Hengky. Menurut Hengky, selama ini Indonesia baru mengedepankan leisure traveler dibandingkan busines traveler. Padahal, bila melihat dari segi pengeluaran, biaya yang dikeluarkan busines traveler jauh lebih besar dibandingkan
business traveler. Dengan fokus pada lama tinggal wisatawan, Hengky mengaku akan ada perubahan pada devisa dari sektor pariwisata. Namun, Henky belum bisa memprediksi berapa besar pendapatan yang bisa dihasilkan dari
business traveler ini.
Baca Juga: Pebisnis Hotel Siap Buka Kamar di Ibu Kota Baru Wakil Ketua Umum Promosi dan Pemasaran PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Budi Tirtawisata mengakui, selama ini kontribusi business traveler baru mencapai 25% dari total wisatawan asing di Indonesia. Padahal, 25% tersebut baru merepresentasikan kurang dari 5% business traveler. Lebih lanjut, dia menjelaskan kualitas wisatawan di industri
Meeting Incentive Conference and Exhibition (MICE) ini lebih tinggi. Dari sisi pengeluaran,
leisure traveler mengeluarkan sekitar US$ 150 dolar per hari dengan rata-rata waktu tinggal selama 7 hari. Sementara
business traveler bisa mencapai US$ 2.000 per wisatawan dengan lama tinggal selama 4 malam. Biaya yang lebih tinggi ini disebabkan adanya biaya pertemuan dan biaya tambahan untuk penambahan waktu tinggal selama 1-2 malam. "Jadi kalau kita lihat bisa US$ 450 sampai US$ 500 dolar per hari," kata Budi.
Baca Juga: Dafam Hotel Management lirik potensi Ibukota baru Meski begitu, Budi pun mengatakan untuk meningkatkan business traveler maka 3 hal yang perlu ditingkatkan yakni atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Tak hanya itu, Budi pun mengatakan sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan untuk mendorong pariwisata di Indonesia. "SDM yang terampil itu penting, karena kita berkompetisi dengan negara lain di mana masing-masing negara ingin mendatangkan turis ke negaranya masing-masing," ujar Budi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto